One Day in 2016

87 20 10
                                    

Mei 2016

Azka POV

Ada yang tidak pernah tuntas sejak dulu antara aku dan Daniel. Entah apa yang anak bos itu inginkan dari siswa biasa sepertiku. Yang aku tau Daniel hanya tidak suka melihat ketenanganku yang kelihatannya terlalu tenang. Bahkan jika aku terlihat baik-baik saja setelah habis menjadi bulan-bulanannya pun ia hanya akan semakin membenciku.

Aku pertama kali bertemu dengannya di bangku SMP. Aku terbiasa bermain sendiri, makan sendiri, kemana-mana sendiri, aku terlalu nyaman dengan diriku sendiri sampai tidak terusik dalam duniaku sendiri. Tapi sepertinya ketenangan itu begitu mengganggunya. Mungkin rasa iri yang membuatnya begitu, karena ia tidak mampu merasakan damai di dunianya sendiri, jadi dia mengacaukan dunia orang lain. Setidaknya begitulah caraku menghibur diri tiap kali Daniel memojokkanku seperti ini.

"Buka bajunya,"

Belum selesai aku mengatur napas sehabis kejar-kejaran sengit yang berakhir dengan sia-sia karena berhasil tertangkap, dua orang di sisi kanan dan kiriku kini sudah berusaha menarik paksa kancing seragamku dengan seenaknya.

Aku berusaha menepis tangan-tangan yang menjalankan perintah Daniel dan semakin merapatkan punggungku pada dinding gudang belakang sekolah, namun seseorang berhasil menarik paksa sampai kancing seragamku berhamburan ke lantai, memperlihatkan kaos putih polos yang kugunakan sebagai dalaman.

"Ini hukuman karna lo ngomong sama Clara,"

"Gue ngomong sama dia karna tugas kelompok presentasi!" aku membela diri dengan histeris.

Ketakutan itu semakin nyata ketika beberapa orang kembali masuk ke dalam gudang dan yang lebih gilanya lagi mereka membawa seorang perempuan. Aku sudah sering dipukuli, disuruh-suruh, diikat dan ditinggalkan di suatu tempat sampai aku tau bagaimana caranya melarikan diri diam-diam. Aku juga selalu bawa cutter di dalam saku sebagai bentuk perlindungan diri. Tapi apa yang bisa aku lakukan dengan itu jika akan dijebak dengan seorang perempuan, setidaknya itulah yang bisa tertangkap oleh pikiranku saat ini.

"Dia juga gak berguna. Dia nolak gue dan bilang kalo udah suka sama cowok lain. Pasti lo orangnya,"

Aku kembali memperhatikan perempuan yang mereka bawa. Matanya ditutup kain dan dia tidak bisa melihat apapun. Daniel benar-benar sudah gila jika dia saja berani menyertakan Clara dalam pembulliannya kali ini.

Clara yang baru saja mereka bawa didudukkan pada lantai yang kotor di sudut ruangan yang satunya sedangkan aku mulai dipaksa dan didorong untuk mendekat pada gadis yang sedang kebingungan itu. Kepanikanku semakin menjadi-jadi ketika mereka tetap berhasil menyeretku meski aku sudah sekuat tenaga bertahan pada tempatku berdiri.

Aku dipaksa untuk merendahkan tubuh dan berlutut hingga teman sekelasku yang baru-baru ini kuketahui adalah target barunya Daniel mulai berteriak ketika merasa seseorang mulai menyentuhnya. Tepat ketika aku merasa kehidupanku yang jauh dari kata tercemar akan berakhir saat itu juga, suara pintu gudang yang dibuka dengan kasar mengalihkan atensi seluruh orang di ruangan yang sama.

"Apa yang kalian lakuin disini?!" suara lantang itu seakan meninggikan harapanku untuk terselamatkan dari situasi yang mengerikan ini.

Keringat dingin masih mengaliri pelipisku, membuat mataku menyipit karena perih akibat cairan tubuh yang masuk ke mata. Untuk sesaat orang itu terlihat asing bagiku. Namun sepersekian detik kemudian aku menyadari dia adalah wakil ketua OSIS yang belum lama ini terpilih.

"Tolongin gue!" itu adalah hal pertama yang keluar dari mulutku begitu kesadaran mulai menghantamku.

Daniel masih diam di tempatnya sedangkan wakil ketua OSIS yang masih belum kuketahui namanya itu mulai mendekat ke arahku dan juga Clara. Untuk sesaat kukira dipergoki oleh seseorang yang punya jabatan penting di sekolah ini mampu membuat Daniel berhenti, tapi dugaanku salah, ia malah mencegat orang tersebut dan menarik kerahnya.

𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang