⚠️Trigger Warning!
Penggunaan obat-obatan terlarang. Suicidal thoughts.•••
Aku tau Marun di belakang sana masih menunggu jawabanku. Sekuat tenaga aku berusaha melangkahkan kakiku dari sini. Sekuat tenaga menahan diri untuk tak berbalik menghampirinya. Tak ada alasan untukku percaya padanya. Tak ada alasan untukku percaya padanya...
Aku terus mengulangi kata-kata itu dalam kepalaku seiring langkahku yang menjauh. Kata-katanya masih mengusik pikiranku. Bahwa dia yang bisa mendengar teriakanku. Bahwa dia yang mengulurkan tangan padaku. Rasa stress ini memenuhi pikiranku. Ketakutan untuk membiarkan orang lain mengetahui lukaku, ketakutan untuk membiarkan orang lain masuk dalam hidupku. Ketakutkan bahwa dia tetap akan bisa membacaku sekeras apapun aku menghindarinya. Kenapa harus dia?
Aku mengunci pintu rumah. Ada banyak sekali sekelebat bayangan yang muncul di kepalaku. Mulai dari pertemuan pertamaku dengan Marun hingga pertemuan terakhir kami. Senyumnya di toko musik, tawannya di ruang musik, tatapan matanya, genggaman tangannya yang terasa hangat di atas kulitku yang mati rasa...
Ingatan tentang Papa yang terbaring di ranjang rumah sakit muncul. Dengan selang oksigen dan berbagai peralatan lain yang menempel di tubuhnya, yang aku tidak begitu paham kegunaannya apa. Sejujurnya aku tidak tau Papaku sakit apa. Saat itu aku masih terlalu kecil untuk mengerti.
Setiap hari sepulang sekolah yang kulakukan hanyalah menjenguk Papa dan menunggu sampai malam tiba dan akhirnya pulang bersama Mama. Sampai gadis kecil yang wujudnya menyerupai malaikat itu lewat di depanku, bergandengan tangan dengan suster dan tersenyum padaku, anak laki-laki pemalu yang masih menggunakan seragam sekolah SD yang mulai terlihat kusut menjelang malam hari.
Aku memejamkan mata dengan semua ingatan yang begitu menyesakkan dadaku. Bayangan Marun kecilku yang dibalut pakaian rumah sakit muncul dalam kepalaku. Awalnya samar-samar hingga akhirnya menjadi begitu jelas. Aku menahan napas saat bayangan itu tersenyum padaku. Ingatan tentang tangan kecilku yang menggenggam tangannya. Ketika aku membuka mata, bayangan itu hilang begitu saja.
Aku menghirup napas dalam-dalam ketika paru-paruku mulai terasa sesak. Kepalaku terasa pening karena kekurangan oksigen. Aku mengusap wajahku dan bangkit berdiri. Persetan dengan ponselku yang terus bergetar dalam saku, entah itu Azka, Stella atau siapapun. Aku merogoh saku dan melemparkan ponselku begitu saja ke atas sofa.
Ah, aku jadi ingin bertemu Marsha...
Kuraih sebuah tas hitam di sudut ruangan dan mendudukkan diriku di sofa dengan kasar. Mulai membuka benda yang sebenarnya hanya akan merusak tubuhku. Tetapi untuk saat ini, inilah satu-satunya cara yang kutahu untuk membuat diriku merasa lebih baik. Inilah satu-satunya cara yang kuketahui untuk menyelamatkan diriku sendiri dari ribuan perasaan tidak menyenangkan yang menyerangku saat ini.
Kubakar bagian bawahnya dan menghisapnya perlahan. Rasa hangat dan terbakar memenuhi paru-paruku. Sampai hisapan ketiga, tubuhku mulai menjadi rileks dan segalanya terlihat bergerak dengan lambat. Aku menyandarkan tubuh ke sofa di belakangku dan tetap menyesap benda di tanganku.
Segala sesuatu yang tadinya berlarian di pikiranku, sekelebat bayangan orang-orang yang pernah ada dalam hidupku dan juga pernah ada dalam hatiku kini memudar seperti asap. Pikiranku melayang memikirkan semua hal-hal indah yang bisa diciptakan imajinasiku membuatku tersenyum dan tertawa sendiri. Tapi anehnya rasa sedih di hatiku tak kunjung hilang.
Aku ingin kabur. Aku ingin melarikan diri dari semua emosi yang bergumul datang seperti ombak dan tidak mampu kukendalikan. Aku ingin menjerit tiap kali kumpulan emosi itu membuncah di dadaku, tapi tidak bisa. Sedih, marah, kecewa, kehilangan, semuanya menjadi begitu intens menyerangku sampai tanganku gemetar menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄
Teen FictionKepergian dua orang yang paling disayang olehnya memberikan kekosongan yang panjang dalam hidup Fajar. Ketika orang-orang yang berhubungan dengan kejadian itu sanggup menjalani kehidupan normal, waktu seolah berhenti berputar hanya untuk Fajar sendi...