❗️⚠️WARNING!!!!⚠️❗️
Mengandung konten eksplisit, harap dibaca dengan bijak! Penulis tidak mendemonstrasikan untuk ditiru!!!!AN: Marun yang ditulis miring/italic adalah yang dari masa lalu Fajar. Sedangkan Marun yang ditulis biasa adalah yang di masa sekarang.
.
.
.🍁🍁🍁🍁
Hari ini, sepulangnya dari sekolah aku menyempatkan diri mampir ke toko musik di persimpangan kota. Setelah menimbang-nimbang sekiranya uangku sudah cukup, aku memutuskan untuk menepati janjiku pada Stella.Di sebuah perempatan jalan ada sebuah toko yang menjual album musik yang sudah lama berdiri disana. Aku selalu melihat toko itu sejak kecil dan akhirnya pergi kesana untuk pertama kalinya waktu SMP. Tapi aku tidak membeli apapun karna saat itu aku tidak punya uang.
Mereka selalu punya koleksi lama sampai yang terbaru. Tidak semuanya dipajang di rak album, karna biasanya mereka menyimpan yang spesial di belakang, tentu saja dengan harga khusus karna sulit didapatkan. Dan itu juga yang menjadi alasan kenapa aku lebih memilih untuk datang kesini ketimbang membeli online. Aku lebih suka berjalan kaki ke sebuah toko, mencari dan melihatnya sendiri. Azka bilang aku ini old fashioned, tapi sebenarnya apa yang dia katakan tidak salah juga juga. Aku memang suka sesuatu yang antik dan jadul.
Aku berjalan menyusuri rak-rak album. Beberapa album dari penyanyi luar negeri membuatku meneteskan air liur, tapi aku harus tetap kembali ke tujuan awalku. Membelikan Stella album BTS.
Sambil melihat album-album lain dan beberapa mixtape jadul yang mereka punya, aku menggumamkan lagu White Lies versi acoustic milik I See Stars yang sedang diputar pemilik toko saat ini. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya tanganku menemukannya. Tanpa sadar senyumku mengembang.
"Ternyata ada juga cowok yang suka BTS"
Aku menoleh ke sampingku dan menemukan seorang gadis sedang tersenyum kecil sambil memperhatikan album di tanganku kemudian beralih menatapku.
Untuk sejenak aku terdiam. Dia Marun. Marun yang kulihat di ruang musik minggu lalu.
"Ah, ini buat temen gue. Cewek kok orangnya" jawabku.
"Pacar, yah?"
"Bukan, temen" ulangku lagi. Dia mengangguk sebelum kemudian tersenyum. Aku baru menyadari ternyata dia punya lesung pipi di pipi kanannya. Hanya satu. Mataku kemudian beralih ke tangannya yang menggenggam album yang sama denganku. "Lo sendiri suka juga?"
Dia ikut menatap album di tangannya. "Enggak juga sih, cuma liat doang" kemudian ia mengembalikan album itu ke raknya.
"Oh" gumamku.
Dia mengulurkan tangannya ke hadapanku. "Gue Marun"
Aku balas menjabatnya singkat. "Fajar"
"Lo Fajar yang mantan wakil ketua OSIS Nusa Bangsa tahun lalu, kan?" Ia mengangkat sebelah alisnya. Menunjukkan ada ketertarikan disana.
Apakah dia mengenalku? Ada perasaan tidak nyaman yang merayapiku begitu jabatan itu disebutkan.
"Fajar yang pernah menang lomba debat Nasional itu kan?" lanjutnya lagi.
Aku membulatkan mata. Ternyata dia mengenalku. Itu artinya dia juga tau apa yang terjadi sampai aku harus menyandang status 'mantan'. Ah, tentu saja, tidak mungkin dia tidak tau sedangkan kami bersekolah di sekolah yang sama. Tapi soal debat Nasional? Dia juga tau? "Iya itu emang gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄
Teen FictionKepergian dua orang yang paling disayang olehnya memberikan kekosongan yang panjang dalam hidup Fajar. Ketika orang-orang yang berhubungan dengan kejadian itu sanggup menjalani kehidupan normal, waktu seolah berhenti berputar hanya untuk Fajar sendi...