Hurt by Hatred

195 46 45
                                    

Setelah semalam aku absen dan kena sial karna Azka, hari ini aku memutuskan untuk pergi ke sekolah meskipun resiko kena hajar anggota geng Daniel masih ada.

Saat aku menemukan Stella dan Azka berjalan beriringan aku langsung saja memanggil mereka. Stella terlihat acuh terhadapku. Lagi-lagi entah untuk alasan apa dia marah padaku. Aku menghela napas sebelum kembali memanggilnya, kali ini sambil melambaikan album BTS di tanganku. Matanya berbinar senang melihat album di tanganku dan sedetik kemudian dia mulai berlari.

Oh Tuhan, aku benci melihatnya seperti itu.

"Udah berapa kali gue bilang jangan lari-lari" Bentakku saat dia sampai di depanku.

Stella tidak peduli dan tetap berusaha menggapai-gapai album yang kusembunyikan di balik punggungku.

"Fajar, please..." ujarnya memasang tampang anak anjing. Aku terus memelototinya dengan garang. "Sorry, janji gak bakal lari-lari lagi" bujuknya sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada.

Aku menghela napas, masih tidak melepaskan pandanganku darinya kemudian memberikan album yang kubeli kemarin. Dia memekik kesenangan tepat saat Azka sampai di depan kami.

"Yah, kok lo beliin sih Jar, jadi berisik kan dia" Azka mendengus sambil menyumpal sebelah telinganya.

"Iiihh, dasar sirik"

Azka memutar bola mata. "Dasar batu es" dengusnya.

"Bi-Ti-Es bukan batu es!" Sangkal Stella tak terima.

Aku tersenyum kecil melihat Azka yang menatap Stella norak, sedangkan yang ditatap tidak perduli dan terus melompat kesenangan. Mereka itu lucu.

Dulu aku pikir Azka itu hanya pembuat onar tak berguna di sekolah. Tapi sebenarnya dia adalah orang yang paling dicari di dunia ini. Pertemanan kami sebenarnya dimulai karna rasa terima kasihnya padaku. Dia adalah seseorang yang sangat tahu yang namanya balas budi dan kesetiakawanannya tidak ada yang bisa menandingi bahkan aku sendiri. Karna dia aku belajar apa itu artinya teman.

Aku pikir kami terjebak dalam sebuah takdir yang disebut perteman. Azka dulu adalah bulan-bulanan Daniel dan teman-temannya. Para tukang bully itu senang sekali menggangu dan memukulinya. Sampai sekarang pun masih, tapi tidak separah dulu. Aku hanya seseorang yang kebetulan lewat dan punya jabatan yang cukup penting di sekolah. Apa yang kusaksikan tentu saja sudah keterlaluan dan membuatku harus mengambil tindakan. Tapi aku yang terlalu naif saat itu tidak tau siapa yang sedang kuhadapi dan berakhir hanya menjadi pahlawan kesiangan.

Daniel yang licik itu membuatku didamprat dan berubah menjadi sampah. Entah sihir apa yang dilakukannya, dalam sekejap kehidupanku di sekolah berubah drastis 180 derajat. Seperti terjun bebas dari langit ketujuh menuju dasar jurang.

Wah, saat itu kacau sekali. Saking kacaunya aku sampai ingin tertawa mengingatnya. Dan kau tau apa yang dilakukan Azka saat itu? Ia bersikeras ingin menjadi temanku hanya karna aku tidak sengaja menolongnya dan ikut kena getahnya. Dia bilang tidak akan ada yang mempercayaiku kecuali dia dan hanya dia yang bisa menolongku. Aku terus mengacuhkannya tapi dia terus mengikutiku membuatku pada akhirnya menyerah.

Dan Stella dulu adalah gadis populer di sekolah. Dia cantik dan juga ramah. Tapi kepopuleran itu tidak selalu membawa dampak positif. Siapa yang mengira kalau seseorang yang cantik dan baik hati akan mendapat perlakuan menjijikkan dari temannya sendiri. Aku bahkan tidak tau dia ingat atau tidak bahwa dirinya dulu adalah siswi popoler. Dia mendapat pengobatan hipnotis karna tidak bisa melupakan kejadian buruk yang dialaminya dan telah melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali. Wajar saja dia begitu, memangnya apa yang lebih mengerikan selain dilecehkan oleh temanmu sendiri yang ternyata seorang penyuka sesama jenis.

𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang