Guilty Feeling

93 31 90
                                    

Fajar POV

Aku menghela napas ketika pintu kelasku terlihat sudah dekat. Kepalaku pusing dan perasaanku tidak karuan. Tidak tahu harus bagaimana menghadapi Azka dan Stella setelah menghilang tanpa kabar selama 3 hari. Terutama Azka setelah pertengkaran kami waktu itu.

Aku masuk ke kelas dan seperti biasa tidak memperdulikan sekelilingku. Sama sepertiku, mereka semua juga tidak memperdulikan keberadaanku. Aku berjalan menuju bangku paling ujung dan mendapati Azka yang sedang duduk di sebelah Stella, tidak mengacuhkanku sedikitpun.

"Fajar!" pekikan Stella menarik atensi kelas. Membuatku sedikit malu dan Stella menutup mulut setelah menggumamkan maaf.

Aku duduk di bangkuku dan Stella langsung memutar duduknya menjadi 180 derajat menghadapku. "Lo kemana aja gak masuk tiga hari?"

Aku memaksakan senyum kecil padanya, berterima kasih karena dia telah mengkhawatirkanku. "Gue gak enak badan,"

"Terus sekarang udah mendingan?"

Aku mengangguk kecil.

"Lo serius gak papa? Lo pucat banget, loh" cemasnya.

Aku kembali mengangguk. "Gue gak papa kok,"

Bruagh

Sebuah suara kembali menarik perhatian setengah penghuni kelas termasuk aku dan Stella. Yang barusan itu adalah Azka yang baru saja menendang bangku seseorang yang duduk di depannya.

"Kenapa sih lo, udah gila?!" kesal Bayu yang bangkunya ditendang oleh Azka.

"Hehe, sorry gak sengaja," balasnya.

Aku memperhatikan belakang kepalanya yang tepat berada di depanku. Tak sedetikpun menunjukkan tanda-tanda akan berbalik menghadapku.

"Azka aneh banget deh dari kemaren," bisik Stella padaku.

"Aneh kenapa?" tanyaku balik.

"Gak tau, marah-marah mulu. Dikit-dikit nendang meja, semua benda dipukul sama dia"

Tiba-tiba Azka menggebrak meja dan bangkit berdiri. Beberapa orang mengumpat karena terkejut oleh ulahnya. Stella yang duduk di sampingnya terlihat sangat kaget dengan gerakannya yang tiba-tiba.

"Lo kenapa sih, Ka?!" kesalnya.

Azka tidak mengacuhkannya dan hanya pergi mengeluari kelas.

Aku menghela napas. "Biar gue aja," ujarku pada Stella kemudian bangkit menyusul Azka.

Azka berjalan ke ujung koridor dan menghilang di balik toilet laki-laki. Aku mengikutinya dan menunggunya di luar, menyandarkan tubuhku ke dinding ketika kepalaku kembali terasa berkunang-kunang. Beberapa siswa terlihat berlalu lalang. Ada yang menertawakanku entah karena apa, ada juga yang menunjukku dan membicarakanku dengan terang-terangan.

Aku memejamkan mata dan memilih untuk tidak menghiraukan mereka, mencoba menahan pening di kepalaku dan memijat pelipisku perlahan. Saat aku mendengar suara pintu ditendang aku langsung menegakkan badan. Azka keluar dari sana dan langsung bersitatap denganku. Sebelum dia bisa menghindar aku langsung mencengkram lengannya.

"Ka, lo kenapa sih?"

"Lepas," ujarnya sambil berusaha melepaskan diri tanpa mau melihatku sedikitpun.

Aku menyentak lengannya. "Kalo lo kesel sama gue bilang, jangan lo luapin ke Stella!"

"Lo mau berantem disini?!" bentaknya.

"Azka!"

Aku dan Azka menoleh. Stella terlihat dari kejauhan sedang memandang kami dengan marah. Aku langsung melepaskan cengkramanku di lengan Azka. Sedangkan dia hanya membuang muka.

𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang