⚠️Warning!
Mengandung adegan penggunaan obat-obatan terlarang. Harap dibaca dengan bijak.
•••
°~•*Fajar*•~°Kau satu-satunya matahariku, satu-satunya di dunia. Aku mekar untukmu tapi aku masih saja haus akan dirimu. Ini sudah terlambat, aku tak bisa hidup tanpamu. Meskipun cabang-cabangku patah aku akan tetap meraihmu dengan seluruh kekuatanku. Tapi tak peduli seberapa jauh aku meraihmu, ini hanya sebuah mimpi kosong. Tak peduli seberapa jauh aku berlari, aku tetap di tempat yang sama. Biarkan aku berlari, kumohon biarkan aku terus berlari. Meski kakiku penuh dengan bekas luka, aku akan tersenyum saat melihatmu.
Tapi kau segalanya bagiku. Kau segalanya bagiku. Kau segalanya bagiku...
Katakan padaku sekarang, aku harus apa? Aku harus bagaimana sekarang? Aku harus melakukan apa? Aku tak bisa hidup tanpamu Marun. Bahkan jika kau sudah mati aku tetap menginginkanmu. Kenapa tidak kau bawa saja aku bersamamu. Mengapa kau tak mengajakku Marun? Kenapa?
Kenapa kau tinggalkan aku dengan kesedihan mendalam ini disini. Kenapa kau tinggalkan aku begini. Mengapa kau tak menyelamatkan aku Marun. Seperti yang selalu kau lakukan padaku.
Aku tersedu di atas sofa. Dadaku rasanya sesak bukan main. Aku mencoba meraih bungkus rokok di ujung meja dan berakhir terjatuh. Aku tidak peduli dengan rasa sakit di tubuhku. Karna saat ini tak ada yang lebih menyakitkan dari perasaan sialan ini. Aku terduduk di lantai, mencoba menenangkan isakanku. Tapi tetap saja, tubuhku seakan tidak ingin berhenti tersedu. Mataku terus saja mengeluarkan buliran sialan. Aku mengambil rokok di atas meja dan menyelipkannya di mulutku. Kubakar ujungnya kemudian kuhisap dalam-dalam.
Aku tersedak dalam tangisku. Kepulan asap keluar dari tenggorokan dan hidungku. Sakit, sakit sekali. Kenapa rasa sakit di hatiku tidak mau hilang? Kuhisap lagi rokok di tanganku dalam-dalam. Lagi dan lagi, tak ada habisnya. Rasa sakit itu masih belum hilang. Masih belum cukup. Aku masih menginginkannya lagi. Masih kurang. Semuanya masih kurang.
Kubuka bungkus rokok yang ada diatas meja, menghabiskan isinya yang tinggal beberapa dan melemparkan bungkusnya yang sudah kosong ke sembarang arah. Tapi percuma, aku hanya menjadi semakin frustasi karenanya. Tidak ada yang berubah, beberapa batang rokok ini masih tidak mampu memberikan ketenangan yang aku inginkan.
Kuraih tas hitam di sudut kaki sofa dengan kalap. Membukanya dengan terburu-buru dan menghamburkan semua isinya ke atas meja. Mataku menemukannya. Serbuk kristal dalam plastik bening. Kubuka bungkusan kecil itu dengan kasar dan menuangkan isinya ke atas aluminium foil. Kudekatkan bagian bawahnya pada pemantik di tanganku dan kuhisap perlahan.
Rasa hangat dan sensasi terbakar langsung memenuhi rongga dadaku. Hingga detik berikutnya aku larut dalam kegiatanku yang selanjutnya. Kulakukan sepuas hati seolah tak punya kontrol diri. Tidak, sejak awal aku memang tidak berniat untuk menahan diri. Aku bahkan tidak peduli jika nantinya aku ditemukan mati karena overdosis disini.
Kubuka lagi plastik yang lain dan mengulangi hal yang sama. Begitu terus sampai aku mulai merasa lebih baik. Isakan ini akhirnya berhenti. Napasku menjadi berat. Jantungku berdetak kencang. Kepalaku pening.
Kusandarkan kepalaku pada sofa di belakangku. Rumah ini sudah penuh dengan kepulan asap. Tapi bibirku masih tak mau berhenti menghisapnya meski kepalaku begitu pening karna tidak ada udara bersih yang masuk ke paru-paruku. Aku tidak peduli. Terus dan terus sampai rasa terbakar dan perih memenuhi rongga dadaku.
Tidak, aku masih tidak mau berhenti. Masih belum. Kuhapus sisa-sisa air mata di pipiku. Kuraih bungkusan lain, menuangkan isinya ke atas meja. Aku mencari sesuatu yang bisa kugunakan untuk membuat garis lurus di sekitarku dan menemukan sisa kertas yang kugunakan minggu lalu. Aku meraihnya dan merobeknya menjadi persegi panjang. Memisahkan serbuk putih di atas meja menjadi beberapa bagian. Menggulung uang seribuan yang aku temukan di saku dan melakukan snorting. Terus begitu sampai hidungku mati rasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄
أدب المراهقينKepergian dua orang yang paling disayang olehnya memberikan kekosongan yang panjang dalam hidup Fajar. Ketika orang-orang yang berhubungan dengan kejadian itu sanggup menjalani kehidupan normal, waktu seolah berhenti berputar hanya untuk Fajar sendi...