Temporary Hours

86 21 17
                                    

⚠️Warning!
Penyalahgunaan narkotika

.
.
.

You act like it's you againts the world. But no, it's just you againts youself.

•••

Marun POV

Hari ini terlalu berisik, jauh lebih berisik dari biasanya. Orang-orang berkerumun dimana-mana membicarakan kabar burung yang belum terbukti keabsahannya. Mereka semua langsung percaya dengan hal-hal yang hanya sekilas mereka lihat, kemudian termakan okeh kalimat katanya, katanya dan katanya.

Langkahku tergesa-gesa membelah kerumunan orang-orang, mencari sosoknya yang sedari tadi tak bisa kutemukan keberadaannya. Terlalu banyak jam kosong hari ini akibat apa yang terjadi pagi tadi. Guru-guru sibuk mengadakan rapat darurat. Berita mencengangkan tentang Fajar dan juga kabar perkelahiannya dengan Daniel di koridor semacam mennyiramkan bensin pada api yang sudah membara.

Aku melongokkan kepala ke dalam kelasnya Fajar, tidak memperdulikan teman-teman sekelasnya yang ramai memenuhi koridor di depan kelas dan juga pintu.

"Mana Fajar?" tanyaku pada orang pertama yang tertangkap mataku di depan koridor kelasnya.

"Dibawa ke ruang BK."

Aku meringis mendengar jawabannya, entah apa yang akan terjadi pada Fajar di ruangan dengan keadilan yang timpang tersebut. "Thanks."

"Eh, tunggu," Sesaat sebelum aku memutar arah, gadis yang barusan kutanyai menahan lenganku. Ia terlihat ragu saat aku menatapnya balik. "Orang yang ada di video itu beneran lo sama Fajar?"

Beberapa anak laki-laki yang duduk di sisi koridor menertawakanku setelah mendengar pertanyaan kurang ajar yang barusan dilontarkan orang yang tidak kukenal di depanku ini. "Bukan," ketusku sebelum akhirnya berlalu dari hadapan mereka semua.

Belum sempat aku melangkah terlalu jauh dari kelasnya Fajar, orang yang mungkin saja menduduki peringkat pertama dalam daftar orang yang paling kubenci kini muncul di hadapanku, masih dengan wajah polosnya yang berbanding terbalik dengan kelakuannya yang mengerikan.

Kuhampiri Daniel yang tersenyum kecil sampai kedua matanya melengkung. Terlalu manis sampai pantas menjadi tempat sasaran telapak tanganku mendarat.

Teman-temannya di disi kanan dan kirinya terdiam. Koridor yang ramai juga tiba-tiba mendadak sunyi.

"Lo apain Fajar, hah?!" bentakku kepalang emosi. Sebisa mungkin untuk menjaga suaraku tetap rendah, tidak ingin menjadi pusat perhatian lebih lama meski sudah terlanjur.

Daniel memegangi pipinya yang baru saja kuberi hadiah tamparan. "Emangnya dia gue apain?"

"Lo bilang kalo gue ikut sama lo malam itu lo gak bakal ngapa-ngapain Fajar, terus itu video apaan?!"

"Terus lo percaya?"

Aku menggertakkan gigi mendengar ucapannya yang terlihat begitu mudah untuk dia lontarkan, tak habis pikir. "Sebenernya buat apa sih lo lakuin semua ini?"

"Sebelum gue kenal lo dan sebelum Fajar kenal lo, gue udah punya masalah sama Fajar dan gak ada bisa bikin gue berhenti termasuk lo sekalipun,"

"Sampe kapan sih lo mau kayak gini terus, Daniel?!"

𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang