5. Antagonist Husband

60.9K 6.6K 683
                                    

Gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya.
Semoga suka Antagonist Husband.
Jangan lupa tinggalin jejak kalian, vote dan komen.

Selamat membaca.

Ansel membuka pintu gudang, pandangannya jatuh pada perempuan yang tengah memejamkan matanya. Lea memejamkan mata dengan posisi tubuh miring kesamping.

"Bangun."

Tidak mendapat respon Ansel menepuk-nepuk bahu Lea berharap gadis itu membuka matanya.

"Aku nggak pingsan," kata Lea masih setia menutup mata. Kepalanya terasa pusing akibat tidak makan 24 jam lebih.

Ansel membantu Lea untuk bangun, walaupun gadis itu tak kunjung membuka mata.

"Buka mata lo!"

Lea membuka matanya, menatap Ansel dengan tatapan sendu. "Aku mau pingsan aja, tapi, aku nggak bisa pingsan."

"Kepala aku sakit."

"Itu karena lo nggak makan." Ansel menegakkan tubuh Lea, memaksa Lea untuk berdiri lalu, menariknya menuju kamar, tidak lupa tangan kiri menenteng makanan tadi.

Saat menuju kamar dan dalam tarikan Ansel, Lea tiba-tiba mendudukkan tubuhnya di tangga.

"Aku mau muntah, kalo kelamaan berdiri."

Ansel mendengus kesal, dia tau ini karena salahnya telah membuat Lea sangat telat untuk makan. Tapi, dia tidak suka saat Lea seolah sangat lemah didepannya sekarang.

Ansel melempar makanan yang dibawanya. "Tuh makan! Nggak bisa jalan ke kamar kan? Makan aja ditangga."

"Nyusahin nggak guna hidup lo!"

Ansel melangkahkan kakinya kembali menaiki tangga, tanpa memperdulikan Lea yang menangis karena perkataannya.

"Ansel, tolong bawa aku keatas." Lea memohon dengan suara yang menahan tangis. Dia tidak mau selemah ini, tapi, saat sedikit saja rasanya pusing dan ingin muntah.

Ansel membalikkan tubuhnya melangkah menghampiri Lea. Ansel memilih untuk menggendong Lea, dan mengambil makanan yang telah jatuh kelantai itu.

"Lo sekiranya kalo nggak mau sakit, buruan makan."

"Kalo mau mati, silakan pergi dulu dari rumah ini."

Lea tidak menanggapi perkataan Ansel, kepalanya masih pusing, jika telat makan Lea tidak merasa lapar, dia hanya akan merasakan pusing dikepalanya.

Ansel membuka kotak ayam bakar, dan duduk diatas kasur.

"Lo denger gue nggak, makan! Gue bilang makan!"

Lea membuka matanya, berusaha untuk duduk untung saja Ansel masih berbaik hati untuk membantunya duduk.

Lea menurut dan mulai memasukkan suapan demi suapan kedalam mulutnya. Dia ingin cepat kembali merebahkan tubuhnya.

Lea menyampirkan rambutnya yang terurai, setelah berkelahi kemarin dia tidak tau dimana ikat rambutnya, apalagi dia kemarin langsung dibawa ke gudang.

Ansel memperhatikan leher Lea yang terdapat bekas cakaran dari Gina. Beralih melihat tangan,lengan, ada yang dapat dilihat mata warna keunguan, dia yakin itu pasti bekas pukulan melalui gagang sapu semalam.

Hanya beberapa saja yang dapat terlihat, sekitar 3 bekas saja, yang lain tidak ada yang terlihat.

"Mama sama papa pulang malam ini, lo siap-siap masak."

Lea tidak mengatakan apapun, masih setia menyantap makanannya. Ingin pergi saja tapi, tidak punya tujuan.

Lama terdiam, Lea mendongakkan kepalanya melihat Ansel yang sekarang mencari pakaian sepertinya laki-laki itu siap-siap untuk mandi.

"Nggak bisa dibeli aja?"

Ansel menoleh, menatap Lea dengan tatapan tidak suka. "Lo emang nggak guna ya, gue cuman minta lo masak."

Ansel mengalihkan pandangannya ke kotak makanan yang belum habis. Mengerti arah tatapan Ansel Lea juga ikut memperhatikan makanannya.

"Aku udah kenyang, nggak terlalu pusing lagi."

"Lo belum mandi dari pagi kan?" Lea mangangguk membenarkan, dia belum menyentuh air hari ini.

"Sekarang mandi."

Ansel mencelumkan kepala Lea kedalam bak mandi berulang kali. "Biar nggak pusing."

"Ud-udah."

Ansel mengangkat tubuh Lea keatas bak mandi, mengusap rambut Lea yang sudah basah. "Kenapa gue seenggak suka ini sama lo?"

"Apapun yang lo lakuin gue nggak suka, denger lo napas aja gue eneg." Lea kembali menangis. Tidak ada niatan ingin berbicara apapun.

Lea masih duduk diatas bak mandi dengan Ansel yang mengusap rambutnya. Ansel mendekatkan bibirnya ke dahi Lea, dan menciumnya sangat lama.

Lea tidak heran saat Ansel melakukan hal itu untuk Lea saat Ansel marah, setidaknya Ansel masih sempat mencium dahinya sangat lama.

"Renungin hidup lo, kalau udah, ganti baju dan langsung masak." Setelahnya Ansel langsung mendorong tubuh Lea sehingga masuk kedalam bak mandi berisi air.

Air dibak mandi itu tidak sampai sedada namun, jika seseorang didorong kedalam bak mandi maka pertemuan pertamanya adalah punggung, kepala membentur bagian dalam bak mandi.

***

Lea sedang menata beberapa masakannya diatas meja. Lea paham tatapan Ria yang selalu tidak suka padanya. Padahal Lea sudah melakukan hal baik.

"Kamu pasti seneng banget kan selama saya nggak ada dirumah?" Lea hanya menggelengkan kepalanya.

Mereka mulai menyantap makan malam, Lea yang sedari tadi tidak diperbolehkan duduk dan tidak diperbolehkan pergi dari tempat makan.

"Lo nggak makan?" Tanya Ansel, tanpa menoleh kearah Lea yang sedang berdiri.

"Aku udah makan tadi sore."

"Nggak usah ngobrol, orang lagi makan." Ivan bersuara, dia tidak suka jika makan ada yang  bersuara. Biasanya saat mereka makan tidak ada yang boleh bersuara.

Ansel melirik jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ansel memberikan tatapan kepada Lea dengan instruksi sedikit gerakan kepalanya agar Lea pergi saja dari sana.

Ivan yang menyadari komunikasi mereka lewat gerakan, langsung melempar piring kosong ketubuh Lea.

Ria terlonjak kaget saat mendengar pecahan piring. Piring yang dilempar itu mengenai tangan kirinya dan piring tersebut langsung jatuh menjadi pecahan.

"Kamu ini ganggu orang makan aja." Ria berdiri dan menarik rambut Lea keluar rumah.

Ansel bangun dan menyusul mamanya, dia sangat tidak suka jika rambut gadis itu ditarik.

"Mama yang nyuruh dia berdiri disana." Melepaskan tangan Ria dari rambut Lea.

"Lea itu nggak bisa diandelin ma, lebih baik mati aja, mama juga ngapain nyuruh dia berdiri?" Lea malah bingung sendiri dia ini sedang dibela atau sedang direndahkan.

Ria sempat ingin marah dengan Ansel yang terlihat membela Lea. Tapi, setelah mendengar kalimat Ansel yang nampak merendahkan Lea, dia tidak jadi marah.

Ria meninggalkan Ansel dan Lea dan menutup pintu dengan kesal. Ansel hendak masuk kembali kedalam rumah namun, langkahnya tertahan saat seseorang dari belakang memeluknya.

"Aku mau pindah rumah."

Kamis, 27 Mei 2021

HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang