Lea menatap datar orang-orang yang berlalu lalang didepannya. Lea suka disini, tidak ada yang bicara kasar apalagi memukul, menurut Lea, Tante Zizi itu baik, ternyata Zizi tidak mengizinkannya bekerja dan membiarkan Lea hidup tenang dan bersantai saja.
"Kamu orang gila, kamu orang gila," sorak perempuan paruh baya menoel-noel bahu Lea.
Lea menoleh, bahkan untuk membalas perkataan ibu-ibu disampingnya ia malas. "Iya gue orang gila."
Perempuan itu berlari menjauhi Lea, mungkin takut dengan Lea yang dia pikir orang gila.
Lea mendekati gadis yang selalu memegang boneka kaktus dan duduk ditempat yang sama saat pertama kali Lea melihatnya bersama Ansel dua hari yang lalu.
"Nama kamu siapa?"
Gadis dengan rambut sebahu itu masih diam menatap lurus kedepan.
"Kamu cantik lho, tapi, caktikkan aku."
"Boneka kamu bagus, coba liat."
Gadis itu menggeleng semakin erat memegang bonekanya.
"Namanya Nabila," kata Zizi ikut duduk disamping Lea.
"Dia sakit jiwa parah gitu Tante?" Tanya Lea penasaran memandang Nabila bergantian dengan melihat Zizi.
"Ya gitu, Nabila itu dulunya suka Ansel lho." Menggoda Lea untuk melihat ekspresi wajah Lea yang seketika berubah.
"Ansel suka balik?" Zizi menggeleng.
"Nggak. Ansel malah sering mukul dia, terus nikah deh sama kamu, makanya dia jadi sakit jiwa,"jelas Zizi yang sudah menganggap Ansel melakukan itu adalah hal biasa.
"Ansel sering kesini jenguk dia?"
Zizi kembali menggelengkan kepalanya.
"Aduh, Tante tinggal dulu ya, kamu main aja sama dia."
Lea tersenyum canggung, sudah dua hari ini dia dikelilingi orang sakit jiwa, sekarang dia sedang bermain dengan salah satunya.
Lea mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya, bahkan Ansel belum menelpon atau mengirim pesan kepada Lea dua hari ini.
Lea pun bersikap sama, dia juga ogah mengirim pesan duluan.
Lea memperlihatkan photo suaminya kepada Nabila.
"Kamu jahat hiks hiks," teriak gadis itu semakin erat memeluk bonekanya, disini Lea seperti ingin cari masalah sudah tau orang sakit jiwa malah ditambah terganggu jiwanya.
"Beneran gila ternyata, ini suami gue, jangan sok kenal."
Gadis itu kembali menangis saat mendengar Lea yang berbicara cukup tinggi. "Aku nggak gila," lirih gadis itu menenggelamkan wajahnya pada boneka miliknya.
Lea menghela napasnya,bingung dengan dirinya sendiri, kenapa bisa emosi dengan orang yang jelas dia tau sedang terganggu jiwanya.
"Maaf ya, aku beneran minta maaf, iya kok kamu nggak gila."
Nabila mendongakkan kepalanya. "Aku nggak gila iya kan?" Lea tersenyum menyentuh bahu gadis itu.
"Iya kamu nggak gila, mau temenan sama aku?"
Nabila mengangguk antusias, Lea ikut tersenyum, seharusnya ia berprilaku baik kepada Nabila agar gadis itu juga bisa cepat pulih.
Lea memperhatikan handphone miliknya yang berkali-kali bergetar, panggilan dari Ansel. Lea menggerutu apa-apaan Ansel tidak menghubunginya dua hari ini.
Zizi menghampiri Lea, memberikan ponselnya pada Lea. "Ansel nelpon, katanya dia nelpon kamu nggak diangkat."
Lea menggeleng tidak ingin menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...