Ansel baru saja selesai mandi petang ini, diliriknya Lea yang masih tertidur diatas brankar. Ansel mengampiri Lea mengecup dahi Lea singkat.
Pikiran Ansel masih berpusat tentang uang yang ia pinjam dengan bos judi, bingung mengembalikan uang tersebut dengan cara apa, uang yang ia investasikan juga belum ada kabar.
"Aku udah sembuh," ucap Lea yang baru saja membuka matanya.
Ansel tersadar dari lamunannya. "Apa iya?" Menempelkan punggung tangannya didahi Lea.
Ansel membantu Lea duduk, lalu, ikut naik keatas brankar.
Lea menyandarkan kepalanya didada Ansel, tangan Ansel terulur mengusap-usap punggung istrinya.
"Aku hamil."
Ansel menautkan kedua alisnya, dia sudah tau dari lama, kenapa Lea malah memberitahu lagi.
"Aku hamil."
"Iya gue tau."
Lea mendongakkan kepalanya. "Terus kenapa kamu masih kasar sama aku?"
Ansel mengalihkan pandangannya enggan sekali menatap mata Lea yang menatapnya dengan berkaca-kaca.
"Karena semua sumber masalah gue datengnya dari lo."
"Udahlah jangan bahas itu, gue males."
"Kamu sayang kan sama aku?"
Ansel melepas pelukannya, kembali turun dari brankar Lea dan memilih duduk dikursi samping Lea.
"Nay."
Lea menggeleng menarik tangan Ansel agar mendekat dengannya.
"Nggak usah mulai."
"Lo lagi sakit."
Lea melengkungkan bibirnya kebawah, entahlah sejak hamil dirinya makin sensitif. Ansel mendengus melihat gadis itu yang siap menjatuhkan air mata.
Ansel berdiri, menyampirkan rambut Lea kebelakang telinga. "Jangan nangis."
"Kam..."
Ansel dengan cepat membungkam bibir Lea dengan bibirnya agar gadis itu berhenti menangis.
"Lap dulu ingusnya." Lea mengangguk dengan polos mengelap ingusnya.
"Jangan nangis."Ansel kembali melanjutkan kegiatannya pada bibir istrinya itu.
"Jangan pernah nangisin hal yang nggak penting."
Ansel menyingkap baju yang Lea kenakan, mengelus pelan perut Lea. Lea memejamkan matanya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Ansel.
Ceklek
"Astagfirullah."
Raka buru-buru menutup mata istrinya agar tidak melihat adegan yang dilakukan sahabatnya.
"Lo ngapain sih ganggu orang aja." Ansel turun dari brankar Lea, merapikan rambut Lea yang sedikit berantakan, lalu, membantu Lea bersandar dibrankar dalam posisi duduk.
"Kita kesini juga mau ngasih lo makan," ketus Raka menggenggam tangan istrinya mendekati Lea.
"Tante Nia nggak dateng?" Tanya Lea menyapu pandangannya kearah pintu.
"Mama sibuk, Lea, kita kesini sekalian mau jemput kamu pulang," jawab Nabila meletakkan makanan diatas nakas.
"Aku udah boleh pulang?" Tanya Lea antusias, dia sudah bosan terbaring di rumah sakit.
"Iya, Lea, kata dokter udah boleh pulang."
Raka dan Nabila memilih duduk disofa, tatapan Raka kepada Nabila membuat Nabila jadi salah tingkah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...