Sesekali Ansel bersendawa, ia telah menghabiskan empat gelas kopi tidak sanggup untuk menuju kopi selanjutnya.
"Udah ya Nay, gue ngehargain lo buat segini banyaknya kopi tapi, lambung gue apa kabar kalo gue habisin ini kopi."
Nia terkikik geli melihat Ansel yang berusaha meminum kopi, Raka dan Nabila yang telah datang dan ikut duduk juga tertawa.
Ansel kembali serius menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka yang ada disana, juga mengutarakan maksud dari kenapa dia menceritakan semua itu.
Selama Ansel bercerita, Lea masih setia memeluk lengan Ansel, tangan kanan ia gunakan untuk menoel-noel pipi suaminya.
"Jadi, aku mau minjem uang enam ratus juta Tan."
Nia sedikit mengangkat alisnya kemudian tersenyum. "Kalau mau apa-apa bilang jangan sungkan, yaudah Tante transfer ya."
"Nay." Ansel menahan tangan Lea yang sedari tadi terus menoel-noel pipinya, memainkan hidung Ansel, hingga memencet pipi Ansel.
Raka geleng-geleng melihat kelakuan Lea yang cukup menggemaskan.
"Berarti masalahnya cuman itu?"
"Iya Tante."
Nia menggeleng-gelengkan kepalanya."Kenapa nggak bilang dari kemaren-kemaren?"
Ansel tersenyum canggung, Ansel berpikir tidak ingin lebih jauh menyusahkan Nia.
"Berarti udah selesai ya masalahnya?" Ansel mengangguk sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Nia.
Setelah mereka pulang, Ansel dan Lea masuk ke kamar, Lea tidak melepaskan pelukannya dilengan Ansel.
"Gue risih dipegang-pegang terus gini."
Ansel menyandarkan dirinya disandaran kasur, sesekali berdecak karena Lea terus memencet hidungnya.
"Lo kenapa sih?"
"Nggak papa."
"Ansel."
"Kayaknya aku diganggu deh." Lea menjauh dari Ansel, duduk bersila didepan Ansel.
"Siapa yang gangguin?" Ansel berbicara tanpa membuka matanya.
"Aku serius."
"Iya gue juga serius, siapa yang gangguin?"
"Aku sering liat yang aneh-aneh."
Ansel membuka matanya, memposisikan diri lebih dekat dengan Lea. "Perasaan lo aja, jangan lebay, gue nggak suka."
Lea mengangguk kembali memeluk Ansel, ingin Ansel mendengarkan apa yang dia rasakan, tapi, respon suaminya malah begitu.
***
Ansel duduk di teras malam ini ditemani secangkir kopi buatan Lea dan beberapa kue basah.
"Lo kemana?" Tanya Ansel saat melihat Raka yang menggunakan sarung lewat didepan rumahnya.
Raka menghentikan langkahnya. "Ngambil mangga didepan rumah ujung, istri gue lagi ngidam soalnya." Terlihat dari raut wajah Raka yang bahagia.
"Hamil?"
"Iya."
Raka malah singgah ke teras rumah Ansel.
"Wih mantap."
"Gue berasa berumah tangga beneran, gue ngopi di teras istri gue dasteran didalem, lo pake acara lewat sarungan pula."
Raka tertawa, tidak pernah terbayangkan akan tetanggaan dengan Ansel. Dia ikut menikmati kue basah yang ada di piring sampai-sampai melupakan keinginan istrinya yang sedang ngidam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...