12. Antagonist Husband

54.1K 5.3K 397
                                    

"Gue habis nembak Fani."

Lea berusaha mencerna maksud dari perkataan Ansel. Otaknya sampai dipemikiran bahwa Ansel mungkin sedang jujur tentang selingkuh.

"Nem-nembak?" Ansel mengangguk mantap, Lea sudah berkaca-kaca siap menerjunkan cairan bening yang sudah menumpuk dimatanya.

"Huaaaa aku mau pulang aja." Lea menangis kencang, jika biasanya Lea akan menangis tersedu-sedu, menangis tanpa suara, sekarang malah menangis kencang seperti anak kecil yang hilang ditempat umum dan mencari ibunya.

Ansel membulatkan bola matanya, bangkit dari posisi rebahan dan memegang bahu Lea yang bergetar.

"Eh eh, jangan nangis."

"Aku mau pulang aja." Tangis Lea semakin kencang, Ansel semakin bingung dengan Lea yang tidak biasanya menangis sekencang itu.

"Pulang kemana? Disini udah tempat pulang." Membantu Lea untuk menyusulnya duduk.

"Kamu nembak cewek lain, aku aja nggak pernah ditembak." Sesekali Lea mengelap ingusnya dengan tangannya.

"Lo cemburu?" Lea mengangguk membenarkan.

Ansel menepuk-nepuk puncak kepala Lea, Lea bingung sendiri karena Ansel malah tertawa. "Pas gue bentak, kasarin, nggak ada lo nangis kenceng gini."

"Giliran dibilang nembak cewe lain, lo malah nangis kenceng."

"Aku mau pulang aja," ucap Lea masih sesegukan. Ansel juga ikut bingung, pasalnya istrinya itu tidak punya tempat untuk pulang kecuali kerumah ini.

"Pulang kemana? Rumah lo udah dijual, nggak ada tempat lo pulang selain disini." Lea menunduk menyadari perkataan Ansel.

"Nay, dengerin gue." Lea yang awalnya menunduk beralih menatap Ansel.

"Gue nggak nembak dalam artian cinta nggak." Melembutkan suaranya dan menatap mata Lea.

Ansel menghela napasnya menjauh dari hadapan Lea, Ansel pergi menunggu balkon kamarnya, masih memikirkan langkahnya memang salah, tapi, dia tetap akan melakukannya.

"Fani kaya Nay." Menoleh kebelakang kearah Lea yang sedang memandang punggungnya.

"Lo mau pindah kan?"

"Kita nggak bisa gini terus Nay, mau sampai kapan?"

"Gue udah berusaha kerja sambil kuliah, gue nggak bisa Nay otak gue sakit bagi waktu."

Hap

Lea memeluk Ansel dari belakang, ia tidak tau Ansel sampai segitunya memikirkan untuk tidak terus menumpang.

"Gue nggak pernah punya rencana nikah muda, gue mau kerja mimpi, berpendidikan, nikmatin masa muda."

Ansel membalikkan badannya menghadap Lea dan menunjuk gadis itu dengan jari telunjuknya. "Dan lo, lo kenapa harus hadir dihidup gue?"

Lea menunduk menjatuhkan air matanya. "Bunuh aku biar aku hilang dari hidup kamu."

Ansel memejamkan matanya. "Nikah muda nggak salah, yang salah itu kenapa kita harus hidup sama-sama? Kita sama-sama belum punya apa-apa Nay."

Lea menatap sedih suaminya yang terus saja berbicara dari tadi mengeluarkan unek-unekmya.

"Gue masih kuliah, masih jadi beban mama sama papa, Lo? Baru lulus SMA dan nambah beban buat orang tua gue."

"Gue cupu ya? Berani kasar sama perempuan, iya kan? Nay? Jawab?!" Ansel memegang bahu Lea, Lea terdiam dan langsung memeluk Ansel dalam keadaan langsung menangis lagi.

"Gue milih Fani biar itu cewe punya manfaat buat orang lain nay."

Lea menggeleng ia tidak ingin Ansel melakukan itu. "Jangan."

Ansel tidak lupa dengan Fani yang tidak sengaja menumpahkan jus alpukat ke kemeja putihnya waktu itu.

Itu juga membuat Ansel pura-pura meminta maaf karena sudah mengasari gadis itu. Saat Ansel menembak Fani, Fani tentu saja mau, maklum mandang fisik.

Siang ini rumah Ansel sedang rame karena ibu-ibu sedang arisan, Ansel sudah berangkat kuliah karena ada jadwal kuliah siang ini.

Sedangkan Lea juga sibuk menyiapkan minuman serta beberapa makanan untuk ibu-ibu arisan.

"Ini siapa ya?" Tanya salah satu ibu-ibu disana.

Lea walaupun didalam rumah tetap menjaga dan merawat diri sesederhana mungkin, walaupun hanya menggunakan sabun cuci muka dan itupun milik Ansel.

Bukan tidak mau memakai rangkaian skincare namun, skincare-nya tidak ada, mau beli? Mana berani minta uang kepada Ansel.

"Menantu saya jeng," jawab Ria tersenyum, tanpa menyembunyikan status Lea sebagai menantunya.

Lea hendak kembali kedapur namun, suara seseorang membuat langkahnya terhenti.

"Kuliah juga ya kayak Ansel?" Lea tersenyum hendak mengeluarkan suara namun, kembali tertahan.

"Iya, kuliah juga, menantu saya itu rajin banget lho, pinter masak, berpendidikan, bangga banget lah."

Lea tersenyum canggung, memilih pergi ke dapur, setidaknya Lea cukup senang karena ibu mertuanya menganggap dirinya sebagai menantu.

"Sampai-sampai ya jeng, saya nggak boleh ngerjain pekerjaan rumah, menantu saya perhatian banget, dia nggak mau kalau saya capek."

Ria berkata dengan bangga tentang menantunya.

"Enak banget ya jeng Ria, kalau saya mah menantu saya mana mau beres-beres rumah, kerjaannya main hape terus," ujar salah satu ibu-ibu disana, mengingat tentang menantunya.

***

"Gue masih heran, gue waktu itu nggak sengaja numpahin jus alpukat, lo sampe marah banget." Fani kembali mengingat kejadian dimana dia menumpahkan jus.

"Terus, kita ketemu lagi dan minta maaf dan nggak lama lo..."

Fani kembali tersenyum saat mengingat Ansel meminta maaf, lalu, mengirim pesan, tak lama kemudian Ansel datang dan menembaknya.

"Sorry ya, gue waktu itu lagi emosi." Ansel menampilkan senyumnya diakhir.

Fani menyentuh tangan Ansel yang hendak mengambil kopi dan segera meneguknya.

"Iya nggak papa sayang." Ansel menatap gadis didepannya ini yang mengatakan kata 'sayang' bukannya baper Ansel malah merasa geli.

"Gue nggak bisa nelpon atau ngirim pesan sama lo nanti."

Fani mencebikkan bibirnya, masa baru baru jadian malah tidak bisa saling menghubungi.

"Kenapa? Hape lo  jangan-jangan banyak kontak cewe ya sampai nggak sempet hubungin gue? Atau lo mau jalan sama cewe lain?"

Ansel memaksakan senyumnya, kenapa gadis didepannya sangat posesif.

"Hape gue rusak."

"Oh rusak, yaudah ayo."

"Ayo kemana?" Bingung Ansel saat Fani menarik tangannya.

"Beli handphone baru."

Gimana kabarnya?
Semoga sehat selalu ya.

Jangan lupa Vote n komen.

Semoga suka.

Jum'at, 04 Juni 2021

HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang