Ria menceritakan semua perlakuan buruknya terhadap Lea, Ansel mendengar dengan baik semua yang dikatakan mamanya.
Dia tau sikap mamanya memang tidak baik kepada Lea, ternyata ada beberapa perlakuan mamanya yang ia tidak tau dan sekarang menjadi tau.
Lagi-lagi Ansel kembali merasa bersalah.
"Dan satu lagi, gangguan yang ada di rumah kalian, mama yang nyuruh orang kirimin biar istri kamu gila, tapi, ternyata nggak gila."
"Beberapa bulan ini istri kamu pasti udah nggak liat kan? Karena udah mama suruh tukang sesatnya berhentiin."
Rasanya dia ingin menghajar seseorang didepannya ini sekarang jika, didepannya itu bukan mamanya sendiri.
"Mama nggak ada niatan mau minta maaf sama, Lea?"
Ria mengalihkan pandangannya. "Kamu aja yang sampein maaf dari mama, mama gengsi."
Setelah tau semuanya Ansel berusaha sabar menghadapi mamanya sendiri, rasa bersalah kembali menyelimuti dirinya.
Ansel melangkahkan kakinya menuju dapur, ingatannya berpusat pada Lea yang belum makan.
"Udah siap, Bu?"
Sinta menoleh. "Baru selesai goreng ayam, Den, belum dikasih sambel."
Ansel bergerak mengambil piring lalu menyondakkan nasi kedalam piring. "Nggak papa, buat Lea ayam goreng aja." Setelah mengambil ayam goreng, Ansel membawa makanan tersebut ke kamar.
Dilihatnya Lea sedang berbaring ia memejamkan mata, dengan tangan yang mengelus pinggangnya.
"Pinggang lo masih sakit?"
Lea membuka matanya, Ansel meletakkan makanan tersebut diatas kasur, lalu, ia membantu Lea untuk duduk.
"Masih sakit?"
"Dikit."
"Makan ya." Ansel menyuapkan nasi dengan perpaduan ayam itu kedalam mulut Lea.
Setelah beberapa suapan, Ansel berhenti menyuapi Lea, Ansel memperhatikan wajah lelah Lea, apalagi gadis itu yang terus-terusan mengelus pinggangnya.
"Kenapa?"
"Gue minta maaf."
"Maaf kenapa lagi?" Mengambil alih piring karena menunggu Ansel menyuapinya terlalu lama.
"Maafin mama juga ya?"
Lea menganggukkan kepalanya saja, dia lahap menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Nay."
"Apa?"
"Mama udah cerita sikap dia ke lo, gue minta maaf, Nay."
Lea masih fokus makan, membiarkan Ansel mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Lo harus janji sama gue, lo bakal terus sama gue."
"Dan gue, bakal terus sama lo."
Setelah dirasa kenyang, Lea menyerahkan piring kepada Ansel. "Nih."
"Nay, gue lagi ngomong."
Lea mengangkat kedua alisnya, ia menatap Ansel datar. "Iya, iya."
"Lo marah sama gue?"
"Nggak sih." Lea menyandarkan dirinya, otaknya sudah masa bodo dengan masalah yang telah lalu, Lea mengelus perutnya.
"Udah basi, yang udah, ya udah, nggak perlu dibahas lagi."
Merasa Lea yang ternyata tidak marah, tapi, tetap saja Ansel masih merasa bersalah atas perbuatan mamanya, apalagi perbuatan Ansel yang sudah mengasari istrinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...