"Aduh, basah lagi." Mengusap-usap bahunya yang terkena rintikan hujan."Ansel, kok bobo dilantai?"
Satu jam sebelum peristiwa bom bunuh diri.
Lea sesekali tertawa melihat anak-anak yang asik berlarian, bakso bakarnya juga belum habis karena Ansel membelinya sangat banyak.
Mata Lea tertuju pada ibu-ibu yang menggunakan tas ransel yang sedang planga-plongo seolah memantau keadaan.
Lea tersenyum menundukkan kepalanya tanda hormat saat ibu itu berhenti dihadapannya.
"Duduk Bu."
Ibu itu hanya menatap Lea datar.
"Ibu kesini sendirian? Duduk disini aja Bu sama aku."
"Ibu mau?" Lea menyodorkan bakso bakar miliknya kepada ibu itu, dia pikir mungkin ibu itu tergiur dengan bakso bakar miliknya.
Ibu dengan setelah baju abu-abu dan celana training itu duduk disamping Lea. Pakaiannya biasa saja, tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
Lea mengikuti arah pandang ibu itu, yang sekarang tertuju pada satu keluarga kecil dengan adanya ayah ibu dan dua anak itu terlihat sangat bahagia, tertawa bersama.
"Saudara ibu?"
Ibu itu menoleh. "Suami saya."
"Terkadang saat melihat seseorang bahagia, dibaliknya juga ada yang terluka melihat kebahagiaan itu." Ibu itu kembali memandang kearah yang dia maksud suaminya itu.
Ibu itu melirik perut Lea. Lea yang mengerti tatapan ibu itu langsung tersenyum. "Hamil?"
"Iya Bu."
"Kamu bahagia hidup didunia ini?" Ibu itu memandang lurus kedepan, tas ranselnya ia biarkan tergeletak diatas rumput.
"Ba-bahagia."
"Untuk bilang kata bahagia aja kamu ragu." Ibu itu tertawa kecil, sekilas melirik Lea yang tengah menatapnya bingung.
"Untuk pertama kalinya saya dipanggil dengan panggilan ibu, terima kasih."
Lea tersenyum canggung. "Sama-sama Bu."
"Saya dulu orang baik, tapi, kebaikan saya selalu diinjak suami saya sendiri."
Lea mendengar dengan seksama curhatan ibu itu, ada rasa takut saat ibu itu mengatakan dulu dia orang baik, berarti sekarang?
"Kalau saya nggak bisa bahagia dia juga nggak boleh bahagia." Lea mulai takut saat ibu itu tersenyum miring.
"Kamu yakin hidup dengan bahagia?"
Lea mengangguk cepat, padahal aslinya kehidupannya bersama Ansel rumitnya bukan main.
Ibu itu memperhatikan Lea dari atas ke bawah, pandangannya tertuju pada perut Lea.
"Pulanglah."
"Aku masih mau disini Bu."
"Nanti suami aku jemput kok." Lea meyakinkan ibu itu, aneh juga, karena ibu itu menyuruhnya pulang.
"Dia bilang, dia mau jemput kamu?" Ibu itu menatap Lea lebih dalam, Lea mengalihkan pandangannya.
Tidak, Ansel bahkan tidak bilang jika akan menjemput. Kata terakhir Ansel adalah mau disini atau gue anter pulang?
Lea menggeleng. Ibu itu menyentuh rambut Lea. "Pulanglah, hiduplah dengan bahagia."
"Kalau pasangan kamu nggak ngebuat bahagia maka pergilah dan tinggalkan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...