Setiap adegan kekerasan tidak untuk ditiru, dapat menimbulkan trauma. Tidak untuk anak dibawah umur. Harap bijak dalam membaca.
"Kalau pagi tirainya dibuka ya, biar sinar matahari bisa masuk."
Beberapa perawat yang bertugas memeriksa dipagi hari membuka tirai pembatas, agar sinar matahari bisa masuk.
"Gimana masih pusing?" Sekarang giliran Lea yang diperiksa oleh dokter. Dokter itu memberi obat.
Lea menggeleng pelan. Lea memperhatikan yang lain, keluarga pasien sibuk menyuapi salah satu anggota keluarganya yang sakit.
Sedangkan Lea? Ansel memang datang semalam, tapi, hanya sebentar, seolah-olah Ansel adalah orang asing yang tidak sengaja melihat ada orang sakit.
"Panasnya masih sering naik turun, keluarganya mana?" Lea kembali menggeleng, enggan mengeluarkan suara.
"Saya suaminya." Lea menoleh kesumber suara, Ansel berdiri dengan Hoodie hitamnya.
Ansel melirik Lea sekilas dengan tatapan malas. Ansel memilih berdiri disamping Lea, memandang wajah pucat gadis itu.
"Nggak usah nunggu lo pulih, pagi ini juga lo keluar dari rumah sakit, kelamaan lo disini makin besar biayanya."
***
"Wah udah pulang, pas banget saya lagi nyuci baju, kamu lanjutin ya."
"Aku baru pul..."
"Iya saya tau kamu baru pulang, cepetan! Udah lama kamu enak-enakkan nggak ngerjain pekerjaan rumah."
"Inget, biaya rumah sakit kamu saya yang bayar."
Lea mengangguk dan mengambil alih cucian. Ansel tadi hanya mengantarnya pulang sebatas pintu, lalu, pergi lagi.
Lea merebahkan tubuhnya, ternyata dengan banyak bergerak Lea menjadi berkeringat dan merasa lebih baik.
"Gue beliin lo nasi goreng."
Lea membuka matanya, memilih duduk, dan mengambil dua bungkus nasi goreng.
"Lo ambilin sendok sama air minum sana."
Lea datang dengan membawa sendok dan air minum, mereka mulai memakan nasi goreng tersebut diatas kasur.
"Lo jangan sakit lagi, gue nggak punya uang buat bayar biaya rumah sakit,"kata Ansel disela-sela makannya.
Lea yang sebenarnya tersinggung, dia juga tidak mau sakit, tapi, seolah-olah dia terus disalahkan karena ia sakit.
"Aku juga nggak mau sakit."
Ansel melanjutkan kegiatan makannya, tiba-tiba Ansel teringat dengan uang satu juga.
"Eh, Nay, uang sejuta yang gue titipin buat nyicil kosan masih lo simpen aman kan?"
"Uhuk uhuk uhuk." Lea tersedak saat Ansel membicarakan masalah uang.
"Nay?"
"Oh, bentar ya." Bangun dari duduknya namun, ditahan oleh Ansel.
"Nggak papa makan aja dulu, habisin."
Lea mengabaikan ucapan Ansel, ia membuka lemari melihat dibawah baju, menyusuri satu persatu isi lemari namun, nihil. Tidak ada didalam lemari.
Ansel masih santai menyantap nasi gorengnya.
Lea beralih ke arah laci, dan tempat-tempat lainnya.
"Aku nggak tau dimana uangnya, seiinget aku, dilemari tapi, nggak ada."
Ansel terkekeh. "Nggak usah bercanda Nay."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...