Lea berusaha tenang. "Ka-ta-nya mau main, taruh dulu pisaunya ya?" Dia juga tau sepertinya kondisi Nabila tidak baik-baik saja. Nabila lebih mendekatkan ujung pisau keleher Lea, bersiap untuk menusuk leher Lea."Akkkhhh."
"Leher aku."
"Sa-kit."
"To-long."
Lea merasakan sakit dibagian lehernya karena Nabila benar-benar menusuk lehernya.
Lea berusaha menahan tangan Nabila agar gadis itu tidak terlalu dalam menusuk lehernya.
Nabila mencabut pisaunya dari leher Lea, ia tersenyum melihat darah yang mengucur deras dari leher gadis itu.
"Kamu berdarah, Lea."
"Sini aku periksa, cita-cita aku mau jadi dokter, sini aku sembuhin." Nabila tersenyum seperti seseorang yang benar-benar sedang mengajak orang lain bermain.
Lea menggeleng ia mengumpulkan sisa tenaganya, tangan kirinya ia gunakan menutup luka tusukan dilehernya, sehingga darahnya ikut mengalir ketangannya dan menetes melalui sikunya.
"Ayo main." Nabila malah fokus ke siku Lea yang terus meneteskan darah, karena Lea menahan darahnya dengan tangan.
Saat melihat Nabila lengah dan terus melihat darahnya yang tercecer Lea berjalan dengan sisa tenaganya.
"Sa-kit." Lea berusaha berjalan, sedangkan dibelakangnya ada Nabila yang mengikutinya namun, lebih fokus ke jejak darah Lea.
Lea menghela napas, ia berhasil mengambil tasnya yang ia letakkan disofa.
"Leaaaaaa." Suara Nabila mengalun layaknya sedang menggunakan nada untuk bernyanyi.
"Leaaaaaa."
Nabila berjalan sangat santai memperhatikan gerakan Lea, matanya melihat Lea sudah lemah jadi, tidak perlu repot-repot berlari.
Lea berjalan walaupun jatuh berkali-kali akhirnya ia berhasil membuka pintu kamar, ia mengambil selimut karena itu yang paling mudah digapai untuk memberhentikan agar darahnya berhenti keluar.
"Akkhhh."
Lea mencengkram kuat selimut yang gunakan mengelap darahnya. Perutnya tiba-tiba sakit diwaktu yang tidak tepat.
"Leaaaaaa."
"Ayo main."
Lea tergesa-gesa membuka handphone untuk menelpon Ansel.
Dilain tempat Ansel sedang berbicara dengan seorang dokter tiba-tiba ponselnya berdering, tertera nama Lea disana.
"Maaf, sebentar, Dok."
"Saya sedang membahas..."
"Sekali lagi maaf istri saya lebih penting." Ansel mengangkat panggilan dari Lea, terdengar suara ngos-ngosan dari sana.
"Nay, nanti gue tel..."
"Ans-anssseel pu-lang." Suara Lea tidak terdengar jelas, karena napasnya yang lebih terdengar ngos-ngosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...