Lea duduk diatas kasur, kakinya ia selonjorkan. Ansel menenggelamkan kepalanya diperut Lea, sambil sesekali mengecup perut istrinya itu.
Ansel tidak mau mengaku jika dia sibuk mencari Lea di taman, uring-uringan mencari Lea, sampai menangis di taman, menangis di rumah sakit, dia malu jika membicarakan itu kepada Lea.
Dia hanya menjelaskan kepada Lea, dia menangis sambil tertidur di lantai itu karena menangisi mamanya yang diracuni Lea.
Lea semakin merasa bersalah saat tau Ansel menangis karena ulahnya yang meracuni mertuanya itu.
Lea mengusap-usap kepala Ansel yang masih setia berada diperutnya. "Maafin aku."
Ansel mendongak. "Awas lo kalau nangis." Memberi peringatan agar istrinya tidak jadi menangis.
"Nggak, aku nggak nangis."
Ansel memainkan jarinya diatas perut Lea, semakin hari perut istrinya semakin terlihat perkembangannya.
"Geli."
"Lo jangan pernah mati ya?" Menutup matanya dengan tangan terus mengelus perut Lea.
Lea sedikit mengangkat alisnya. "Bukannya kamu yang biasanya mau aku mati?"
"Sekarang lagi nggak mau lo mati, nggak tau besok-besok."
Lea menarik rambut Ansel. "Gila."
"Ambilin gue minum, Nay." Bahkan untuk sekedar membuka mata saja Ansel enggan.
"Ambil sendiri."
"Terus gunanya lo apa?"
"Ambil sendiri."
Ansel membuka matanya, ikut duduk berhadapan dengan Lea.
"Ambilin bentar, jangan ngebantah."
Lea berdecak berjalan malas menuju pintu keluar. Ansel menyandarkan dirinya,menutup mata, ia merasa senang ternyata Lea tidak benar-benar mati.
Dia tidak bisa membayangkan hari-harinya tanpa Lea.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?"
Ansel segera merubah raut wajahnya. "Apaan sih."
Lea menyerahkan gelas berisi air putih itu kepada suaminya, Ansel mengambilnya kemudian, meneguknya hingga habis.
Ansel kembali memberikan gelas itu kepada Lea, Lea kemudian, meletakkannya diatas nakas.
Lea merebahkan tubuhnya, ia melirik Ansel sekilas yang sekarang suaminya itu malah duduk.
Ansel menatap Lea, menangkup kedua pipi Lea, lalu, memencet pipi istrinya itu.
"Ansel, jangan digituin." Menahan tangan Ansel agar berhenti.
Ansel ikut merebahkan tubuhnya menghadap Lea, mendekap perempuan itu agar tidak bisa kemana-mana.
"Engap."
"Bentar."
Lea membelalakkan matanya saat Ansel malah bangun, dan membuka kaos yang dia kenakan.
"Ngapain?" Lea masih menatap heran Ansel yang sekarang bertelanjang dada.
Ansel kembali mendekap Lea, namun, gadis itu segera mendorong tubuh Ansel.
"Kamu belum mandi kan? Ih."
"Sok cantik banget lo, Nay." Ansel bangun, bergerak menuju kamar mandi, ia memilih mandi, dia tidak terima dikatai oleh istrinya karena dia belum mandi.
Setelah selesai mandi, sudah harum, ia hanya memakai kaos dan celana diatas lutut, bersiap untuk tidur.
Ansel melihat Lea yang sekarang tampak sedang tertidur nyenyak, senyum Ansel kembali terbit saat mengetahui istrinya benar-benar masih ada disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...