Jangan lupa follow,vote dan komen okay?
Udah part ke 19 aja nih, ditunggu kesannya pas baca cerita ini.
Happy reading.
"Yaudah sisanya tf aja."
"Siapa yang mau ngirim uang ke kita?"
Ansel memutuskan panggilannya, lalu, menoleh ke Lea yang sedang mengeringkan rambut.
"Ini, mereka yang gue suruh nyulik Fani," kata Ansel dengan enteng. Lea menghentikan pergerakannya mencerna baik-baik perkataan Ansel.
"Gimana?"
"Gue nyuruh orang nyulik Fani terus yaudah gue minta tebusan."
Lea meneguk salivanya, ini suaminya sedang mencari uang dengan cara menculik orang?
"Ansel," lirih Lea saat Ansel mulai mendekatinya diatas ranjang.
"Lo pikir kita bisa pergi gini uang dari mana?"
Aku pikir kamu cuma jahat sama aku doang.
"Temen kamu tau?" Tanya Lea yang mulai merasakan Ansel mengusap-usap pinggangnya.
Ansel mengangguk seakan itu bukan masalah besar.
"Berarti kita makan pake uang..."
Ansel tertawa mengambil alih hairdryer kemudian, kembali melanjutkan mengeringkan rambut Lea yang sempat terhenti.
"Nggaklah, yang bayar makanan Raka sama Dion pake uang orang tua mereka."
Setelah dirasa selesai Ansel menarik pelan dagu Lea ingin menyampaikan keinginannya yang belum diungkap.
"Nay."
"Jadi, kapan lo mau hamil?"
Lea mengalihkan pandangannya, beranjak menuju luar kamar sembari memandang keindahan laut.
Lea menatap lurus kearah laut. "Jadi, kapan kita punya rumah? Sampai kapan numpang terus? Mau punya anak banyak kan? Terus anak-anak numpang terus dirumah orang?"
"Berserakan gitu?"
Ansel ikut berdiri memeluk Lea dari belakang, namun, dengan cepat Lea melepaskan pelukan Ansel.
"Apanya yang berserakan Nay?"
Ansel pun bingung sendiri dengan apa yang berserakan.
"Aku itu capek numpang terus dirumah orang, kamu juga nggak punya apa-apa, kamu itu miskin!"
Ansel refleks menampar mulut Lea yang tanpa menyaring perkataan yang keluar dari mulut gadis itu.
Ansel terkekeh sinis memaksa Lea untuk menatap matanya. "Lo belum kenal jauh tentang gue Ileana Nay Risa."
"Gue nggak segan-segan kalau mau bunuh lo, gue nggak sekali dua kali bunuh orang asal lo tau."
Lea gugup, berpikiran negatif Ansel juga bisa melakukan hal yang sama dengan dirinya.
Lea memeluk Ansel, ia merasa bersalah telah mengatai Ansel yang tidak-tidak, ia juga takut Ansel tersinggung dan memilih untuk membunuhnya.
Ansel menahan tawanya, mengalihkan pandangan. "Bunuh mental orang Nay bukan bunuh nyawa." Ansel melepaskan tawanya melirik Lea yang tengah menatapnya kesal.
Lea mengubah ekspresi bingung diwajahnya. "Bunuh mental orang?"
"Balik dari sini deh gue ajak lo ke rumah sakit jiwa."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...