Lea sedang sibuk membuat minuman untuk teman-teman Ansel yang datang ke rumah. Kata Ansel sih mereka akan mengerjakan tugas kuliah dirumah Ansel.
Lea membuat 6 minuman dengan rasa jeruk dan segera mengantar ke ruang tamu tempat mereka mengerjakan tugas.
Disana ada tiga perempuan dan 2 laki-laki ditambah Ansel jadi ada tiga laki-laki.
"Pembantu lo muda banget," ucap Raka memperhatikan Lea yang menata minuman didepan mereka.
"Dan cantik," timpal Dion memperhatikan dari atas kebawah.
"Gue..."
"Eh, lo tolong beliin cemilan dong di warung deket sini, masa cuman minuman doang," kata Vina yang berbicara melirik sebentar Lea kemudian, fokus lagi ke laptop.
"Gue nggak mau disuruh-suruh." Lea sudah kesal, kenapa dirinya dimana-mana tidak terlepas dari perintah.
"Lea!" Lea menatap Ansel tak suka, karena Ansel membentak didepan orang banyak.
"Aku nggak mau Ansel." Lea melembutkan suaranya, dan berbicara lebih sopan jika dengan Ansel.
"Gimana sih, cuman beli cemilan aja, nggak usah kerja disini kalau disuruh gitu aja nggak mau." Gina mengeram kesal. Tidak suka dengan Lea pembantu baru keluarga Ansel ini.
"Beli aja sendiri, nggak usah suruh-suruh orang." Lea meninggalkan mereka, bergegas menuju dapur untuk mengembalikan nampan tempat gelas minuman tadi.
"Nggak sopan banget sih pembantu lo." Raka juga ikutan kesal dengan ketidaksopanan seorang gadis yang menurutnya pembantu Ansel itu.
Ansel memilih menghampiri Lea. Menurutnya Lea sudah keterlaluan. Menolak bisa saja tapi, caranya sopan sedikitlah.
"Lea!"
"Apa?" Lea juga menatap Ansel dengan tatapan menantang.
Ansel menoyor kepala Lea. "Lo itu nggak sopan."
"Aku nggak suka disuruh-suruh."
"Lea! Jangan buat gue makin nggak suka sama lo." Ansel menarik dagu Lea. Membawanya mendekati dinding dapur.
"Lo itu benalu dirumah ini!"
Ansel membenturkan kepala Lea kedinding dapur 3 kali. Lea mengadu kesakitan merasakan keningnya sangat sakit bertemu dinding tersebut.
"Ansel udah, maaf."
"Ansel sakit." Ansel menghentikan kegiatannya itu. Dan mengeluarkan uang seratus ribu sengaja ditempel dengan keras dikening Lea.
"Beli cemilan!"
Lea mengangguk, seberusaha apapun dia menolak, tenaganya masih kalah jauh dengan Ansel, jika langsung mati Lea mau saja. Masalahnya didalam pikiran Lea dia tidak bisa menahan sakit dan harus menderita ditangan Ansel.
"Jangan nangis." Ansel mengusap kasar air mata Lea yang keluar begitu saja.
Semarah apapun dia pada Lea, Ansel tidak akan pernah menarik rambut gadis itu. Entahlah Ansel hanya senang saja melihat rambut hitam indah milik Lea sehingga tidak ada niatan didalam dirinya untuk merusak rambut gadis itu.
Ansel mengusap rambut Lea. "Gue nggak suka sama lo, ditambah lo nggak punya sopan santun."
Ansel terus mengusap rambut Lea, Lea tentu saja menangis dan menunduk. Ansel beralih mengelus pelan dahi Lea yang kemerahan.
"Sana, beli cemilan."
"Ini udah malem," kata Lea yang tetap menunduk.
"Baru jam sembilan, nggak papa, sana pergi." Lea mengangguk dan jongkok mengambil uang yang tadi sudah jatuh.
"Lo apain tuh orang dahinya sampe merah gitu?" Raka melihat Lea yang lewat didepan mereka. Terlihat jelas dahi Lea yang tampak kemerahan. Apa lagi Lea yang rambutnya dikucir semakin memperjelas keadaan dahi gadis itu.
"Kena meja kayaknya," jawab Ansel, menyeruput minuman yang dibuat oleh Lea.
Lea berjalan menuju warung. Didalam pikirannya baru seminggu ini dia lumayan tenang karena Ria mama Ansel tidak ada dirumah. Ria ikut suaminya menghadiri beberapa acara diluar kota.
Dan dalam seminggu ini pula dia sudah tidur bersama Ansel ditempat yang sama. Ingat! Hanya tidur.
Baru juga lumayan tenang.
"Ini Bu uangnya." Menyerahkan satu lembar uang seratus ribu kepada ibu warung.
"Ini kembaliannya, tiga belas ribu, makasih ya." Lea mengambil uang kembalian itu dengan tersenyum ramah.
Lea terus berjalan, hingga tidak melihat ada batu didepannya. "Akh."
Lutut Lea berhasil mencium aspal. Untuk saja hanya lecet sedikit. "Beneran kata Ansel, gue lemah."
Lea meletakkan cemilan itu didepan mereka, teman-teman Ansel.
"Kok nggak ada kacang sih?" Gina mengeluarkan satu-satu isi plastik tersebut.
"Udah nyuruh, banyak maunya, sana beli sendiri." Lea sudah kembali terbawa kesal.
Gina tidak suka ada orang yang berani-beraninya berbicara keras apa lagi tidak sopan.
"Lo tu yah, dari tadi bikin gue kesel." Gina berdiri bawaan PMS-nya membuat moodnya makin tidak enak saja.
Gina menarik rambut Lea sehingga ikat rambut Lea ikut terjatuh.
Lea tidak tinggal diam, dia juga ikut menarik rambut Gina. "Gue nggak takut sama lo."
Ansel yang tidak suka rambut Lea ditarik, dia ikut bangun dan melepaskan tangan Gina dari rambut Lea.
"Lo apa-apaan sih pake narik rambut segala."Ansel menatap Gina dengan tatapan tidak suka dan beralih menatap Lea yang rambutnya berantakan.
Sebenarnya mereka impas. Lea juga tidak tinggal diam saat rambutnya ditarik.
Ansel memberi kode dengan cara mengintruksi Lea dengan tatapan dan sedikit gerakan kepalanya. Lea yang mengerti maksud dari Ansel, segera bergegas menuju kamar mereka.
"Lo kenapa sih?" Gina masih kesal, rambutnya juga ikut berantakan, tapi, yang dibela malah Lea saja.
"Batas mana tadi?"
Mereka kembali melanjutkan mengerjakan tugas seolah-olah melupakan kejadian tadi.
Lea sudah membaringkan tubuhnya, memejamkan mata dan segera menuju ke alam mimpi.
"Kita nginep nih, udah jam dua belas malam." Mereka memang biasa jika pekerjaannya selesai sampai larut maka mereka akan menginap saja.
"Bangun!"
Lea tersentak saat selimutnya terlepas. "Kenapa?"
"Keluar."
"Kenapa sih?" Lea sudah duduk mengumpulkan kesadarannya.
"Gue sama temen-temen cowok gue mau tidur disini, oh ya, lo beresin kamar tamu buat cewek-cewek." Lea terus memperhatikan Ansel yang sekarang berjalan ke meja rias dan mengambil sisir.
"Sisir rambut lo, lo kayak orang gila tau nggak?" Lea mengambil sisir itu dan menyisir rambutnya.
"Kalau udah cepetan keluar beresin kamar tamu."
"Terus aku tidur dimana?" Bingung Lea memikirkan tempat untuk tidur.
"Di kamar pembantu," jawab Ansel yang sudah memegang kenop pintu.
"Tapi kan, kamar pembantu udah dijadiin gudang, aku nggak mau tidur di gudang." Lea berfikir ingin tidur saja dikamar mertuanya tapi, itu tidak mungkin terjadi.
"Masih ada ruang buat tidur disana, bawa satu bantal, karpet, sama selimut, ada dilemari belakang."
"Jangan tidur didepan televisi, jangan tidur di ruang tamu, tidur ditempat yang gue bilang tadi, jangan lupa kunci pintunya."
Ansel tidak mau saja jika teman laki-lakinya terbangun dan melihat Lea tertidur disembarang tempat, apalagi Ansel tau bagaimana pikiran teman-temannya.
"Iya."
Apa kabar? Semoga sehat selalu ya. Semoga suka cerita Antagonist Husband, jangan lupa vote dan komennya.
Selasa, 25 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...