Lea menarik selimutnya agar menutupi seluruh kepalanya, Ansel yang baru saja membuka tirai langsung berdecak.
"Gue udah bela-belain bangun duluan, lo ikutan bangun kek." Ansel menyandarkan dirinya didinding, melihat Lea yang terlihat semakin larut dalam tidurnya.
Lea juga bingung, tumben sekali suaminya bangun duluan, sekarang malah membangunkan orang pula.
"Sana, sana, ganggu orang tidur." Lea mengeluarkan satu tangannya dari selimut kemudian, memberi arahan mengusir Ansel.
Ansel menarik paksa selimut yang menyelimuti Lea. "Woi, ayo."
Lea menggelengkan kepalanya, matanya masih mengantuk.
Ansel menempelkan punggung tangannya didahi Lea. "Nggak demam."
Ansel menarik kedua tangan Lea agar gadis itu ingin bergerak sedikit saja. Lea yang sudah duduk langsung memeluk tubuh Ansel.
Ansel menghela napasnya, ia langsung menggendong tubuh Lea menuju kamar mandi, Lea dengan santai mengalungkan tangannya dileher Ansel.
Guyuran air yang langsung disiram dikepala Lea membuat gadis itu langsung membuka matanya.
"Wow, romantis banget." Menatap tajam Ansel, kemudian, mengambil alih gayung, ia mendorong tubuh Ansel agar keluar dari kamar mandi.
Mata Lea menyipit sebelum menutup pintu melihat penampilan suaminya dari atas sampai bawah. "Udah mandi kan? Nggak usah ikut-ikutan mandiin orang." Lea langsung menutup pintu kencang, Ansel mengelus dadanya karena cukup kaget.
"Aku masak sarapan dulu berarti ya, yaampun sampe lupa."
"Kita sarapan diluar aja."
Lea melihat wajahnya sendiri didalam kaca spion, ya sedari tadi dia berkaca.
"Ngaca terus."
Lea langsung menyengir, ia mengelus dada Ansel. "Biasalah."
Ansel menahan tangan Lea agar gadis itu tidak terus mengelus dadanya. "Mau sarapan apa?"
"Aku mau sarapan yang mewah, yang mahal." Lea menyengir saat melihat raut wajah yang terlihat tertekan.
Ansel menghela napas, kemudian, memaksakan senyumannya. "Yaudah."
Lea tersenyum melihat makanan yang tertata rapi diatas meja, dia juga memesan untuk dirinya dua makanan sekaligus.
"Udah dibayarin, nggak tau diri pula."
Suara tawa dari Lea pecah, cepat-cepat ia menetralkan dirinya dan mulai makan.
Setelah dirasa kenyang Lea mendorong piring yang masih banyak makanan itu kearah Ansel. Ansel yang sedang makan langsung melihat kearah Lea.
"Nggak habis, kamu habisin ya?"
"Makanya makan itu..."
"Katanya janji nggak mau marah-marah." Lea menggembungkan pipinya, Ansel memijit pelipisnya merasa serba salah.
"Nggak, gue nggak marah, maksud gue makanannya jadi mubazir kan."
Lea bersiap-siap untuk menangis Ansel sampai melupakan istrinya itu sangat sensitif.
"Kalau nggak mau bayarin bilang."
"Eh, eh, nggak gitu, nggak papa kok, kalau nggak mau habisin nggak papa, nanti gue yang habisin, jangan nangis." Cepat-cepat Ansel mendekati istrinya, takut jika Lea menangis malah mengundang pandangan dari orang lain.
Lea langsung tersenyum. "Nggak nangis kok."
"Mau kemana lagi habis ini?"
Lea mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk. "Mau nonton bioskop."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...