Setelah memenuhi persyaratan kemarin, benar saja Lea hari ini bisa mulai bekerja. Lea meyakinkan dirinya ia harus punya uang sendiri.
"Mbak, ini seragamnya nggak bisa dikancing."
"Nggak papa, nggak usah dikancing."
Lea mengambil jam kerja dari pukul delapan sampai dua siang.
Lea mulai melayani pelanggan, menunjuk tempat hingga membawakan barangnya langsung.
"Lea, tolong angkat kardus air mineral yang itu ya, ibunya nunggu didepan." Lea mengangguk kemudian, melaksanakan tugasnya.
"Mbak, disini ada tempat nginep khusus karyawan nggak?" Tanya Lea kepada karyawan yang sedang duduk bersamanya sekarang.
"Ada kok, aku aja nginep disini, oh, iya nama aku Siska kalau kamu?" Perempuan yang rambutnya dikucir itu menyodorkan tangannya kepada Lea.
"Lea, aku mau nginep juga."
"Boleh banget, banyak kok yang tidurnya disini."
Lea sudah menimbang-nimbang, dia akan tidur bersama karyawan perempuan lainnya, terserah Ansel mau bilang apa, yang jelas pukul dua setelah ini ia akan pulang untuk memberi suaminya makan siang.
Lea melihat uangnya yang sisa lima belas ribu, dia ingin membeli masakan diwarteg saja, ia sangat lelah, malas jika pulang harus kembali memasak.
Saat pulang ke rumah Lea melihat suaminya sedang duduk di teras dengan segelas air putih.
"Udah pulang kuliah?"
"Liat sendiri."
Lea berdecak. "Nih makan." Memperlihatkan sesuatu yang dia bawa.
Lea menyiapkan satu potong gulai ayam diatas meja, ia mempersilakan Ansel makan, kemudian, Lea bergegas mengganti baju.
Lea mengerjapkan matanya melihat ayam yang sudah habis, kuahnya pun ikut lenyap.
Lea meneguk salivanya saat melihat Ansel meneguk air putih. "Kamu habisin ayamnya?"
Ansel melihat Lea sekilas. "Kan cuman satu."
"Ya, kan bisa bagi dua." Lea melengkungkan bibirnya kebawah, lalu, ikut duduk.
"Gue pikir lo udah makan dimana kek, salah lo lah."
"Iya salah aku, salah aku lupa kalau punya suami nggak punya otak." Lea bergegas menuju kulkas, ia mengambil telur lalu, menggorengnya.
"Mama nyuruh gue ke rumah sore ini, habis dari rumah mama gue ke rumah Dion ngerjain laporan bareng, lo mau ikut?" Memandangi punggung Lea dari jauh.
"Nggak," jawab Lea meletakkan telur dadarnya diatas nasi.
"Yang mama kamu suruh itu kamu, lagian nggak ada gunanya juga aku disana, kamu aja yang pergi." Kembali duduk didepan Ansel, ia mulai menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
Ansel menghela napasnya, menahan emosi agar tidak kembali memukul Lea.
Setelah kepergian Ansel, Lea mengambil kain panjang yang akan ia jadikan selimut, membawa jaket, takut-takut malam hari akan terasa lebih dingin.
"Lho Lea, kok dateng lagi?" Tanya Siska yang kebetulan sedang mengambil lembur, "mau lembur juga?"
Lea tersenyum mengangguk. "Iya."
Pukul sembilan malam Ansel pulang ke rumah, otaknya lelah, tubuhnya juga butuh istirahat.
Rumah masih dalam gelap, otak Ansel kembali mengingat saat Lea tidak ada, Ansel menggelengkan kepalanya, ia menghidupkan lampu, ia cepat-cepat menuju kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romance"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...