Share cerita ini ke temen-temen, saudara, dan lainnya/ sosmed kalian.
Follow akun ini juga ya, jangan lupa vote sebelum membaca.
Selamat membaca.
Setelah dua hari pulang dari Labuan Bajo, Ansel membuktikan ucapannya untuk membawa Lea ke rumah sakit jiwa, tanpa memberitahu sesuatu yang lebih penting kenapa dia membawa gadis itu.
"Disini banyak yang sakit jiwa," ucap Lea memperhatikan beberapa orang yang terlihat tertawa lalu, menangis, lari-lari, yah kelakuan orang tidak waras.
"Ya namanya juga rumah sakit jiwa."
"Coba liat cewek yang duduk sambil megang boneka itu." Ansel mengangkat dagunya memberi arahan kearah perempuan yang dimaksud.
"Masih cantik aku tuh," kata Lea menyombongkan diri.
"Iya cantikkan lo." Lea menoleh menampilkan senyumnya, tumben sekali Ansel memujinya. Senyum itu langsung pudar saat menyadari sesuatu.
"Jadi, kamu bandingin aku sama orang gila?"
Ansel masih menatap lurus kearah perempuan yang ia maksud tadi. "Lo gila? Siapa yang bandingin lo?"
"Dia itu salah satu orang yang ngabisin waktu buat berkhayal yang tingginya bukan main, terus nggak kesampaian jadinya depresi, frustasi, eh jadi, bengong gitu."
Lea memperhatikan Ansel yang tertawa kecil, Lea berdecih. "Tau dari mana?"
"Cuman nebak Nay."
"Sok tau." Lea menatap Ansel jengah, sejak kapan suaminya itu suka mengarang dan menebak-nebak kehidupan orang lain.
Ansel mengacak-acak rambut Lea. "Ayo ke Tante gue."
"Tante kamu gila?"
Lea mengikuti langkah Ansel yang mendahuluinya. "Tante kamu sakit jiwa?"
"Nggaklah, Tante gue yang punya ini rumah sakit jiwa."
"Gue mau nitip lo disini."
Lea menghentikan langkahnya, menggeleng, ia tau bahwa Ansel pasti sedang mengajaknya bercanda.
"Bohong ya?"
Ansel ikut menghentikan langkahnya, menoleh kebelakang, melihat wajah Lea yang sedang tertawa.
"Ayo."
"Nggak!"
"Nay."
"Apa sih!"
Ansel menghela napasnya kasar, lama-lama ia juga emosi dengan istrinya itu. Ansel hanya ingin Lea cukup menurut saja tidak perlu banyak tanya apalagi menolak.
"Dibicarain baik-baik nggak bisa ya kayaknya kalau sama lo!"
"Cepetan!"
"Nggak!"
"Orang gila lagi marah hahaha," ejek salah satu orang yang terkena gangguan jiwa.
Lea menatap marah dengan bapak-bapak itu. "Gue nggak gila, lo yang gila!"
"Mami, orang gilanya ngamuk, orang gila sombong huaaa," teriak bapak-bapak tersebut menangis saat dibentak Lea.
"Lo ladenin dan ngajak ribut orang gila sama aja lo juga gila! Cepetan! Bisa kena gangguan jiwa lo lama-lama." Menghampiri Lea kemudian, menariknya menuju ruangan tujuan Ansel.
Lea harap-harap cemas jika Ansel benar-benar ingin meninggalkannya disini.
"Pinter juga kamu milih istri."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)
Romantizm"Aku istri kamu, hewan aja kalau dipukul pilihannya lari atau mati, apalagi manusia." "Aku capek denger bentakan kamu, kamu suami aku tapi, kamu kayak tokoh antagonis yang nggak bosan punya konflik sama protagonis." Cover by pinterest. Setiap adegan...