47. Antagonist Husband

43.4K 4.2K 646
                                    

"Gue bakal laporin diri gue ke BNN."

Lea terdiam sejenak lalu, tertawa hambar, ia menggelenggkan kepalanya. "Kamu bohong kan?"

Melihat Ansel yang hanya diam, Lea kembali menggelengkan kepalanya, mengguncangkan bahu Ansel berkali-kali.

"Ayo bilang kamu bohong." Lea tidak bisa menahan air matanya, Ansel memeluk Lea, meletakkan kepalanya dibahu gadis itu.

Tangis Lea semakin pecah, hatinya sangat sakit. "Terus aku gimana?"

Lea memukul dadanya sendiri. "Aku gimana, Ansel, aku lagi hamil."

Ansel menahan tangan Lea agar berhenti memukul dadanya sendiri. "Gue minta maaf."

"Gue minta maaf." Ansel mengambil tangan Lea, menggenggamnya, dadanya ikut sesak melihat Lea yang menangis.

"Pengedar atau pemakai?"

"Pemakai, Nay."

Lea menatap suaminya sendu. "Sejak kapan?"

Ansel menunduk, bahkan untuk melihat mata Lea yang tidak berhenti mengeluarkan air mata dadanya ikut sesak.

"Sejak nikah sama lo."

"Gue mau sembuh, Nay, lo nggak bakal ninggalin gue kan?"

Lea kembali melihat mata Ansel yang sudah berkaca-kaca. "Ansel..." Lea terlalu sulit melanjutkan kata selanjutnya, air matanya belum juga berhenti turun.

"Kita pasti bisa lewatin ini kan?" Lea menangis sesenggukan, tangannya sudah gemetar digenggaman Ansel.

Ansel dengan cepat mengangguk, menangkup pipi Lea dan menatap mata istrinya lebih dalam.

"Iya, kita pasti bisa."

"Lo juga mau gue sembuh kan?" Lea mengangguk, ia memeluk Ansel erat, rasanya tidak sanggup jika setelah ini tidak bisa memeluk suaminya.

"Gue bakal ngajuin permohonan rehabilitasi ke BNN."

"Lo jenguk gue tiap bulan ya?" Tangis Lea semakin kencang, ternyata dia tidak sedang bermimpi.

Ansel memundurkan tubuh Lea, ia menghapus air mata yang terus membasahi pipi gadis itu.

"Rehabilitasi itu berapa lama?"

"Idealnya 6 bulan, lo doain gue ya, biar bisa lebih cepet selesai rehabilitasinya."

"Hmm tergantung sih 28 hari sampai satu tahun, tergantung keparahannya."

Lea kembali mengeraskan tangisannya, satu bulan saja rasanya lama bagaimana jika berbulan-bulan.

"Udah dong, Nay, jangan nangis terus."

"Mau makan nggak, kita masak bareng mau?" Lea menggeleng, tidak ingin melepaskan pelukannya pada Ansel.

"Besok berarti kamu udah pergi?"

"Iya."

Ansel memperhatikan bahu Lea yang masih bergetar gadis itu belum juga berhenti menangis.

"Aku gimana? Bayi kita gimana?"

"Aku capek, Ansel."

"Aku kapan bahagia?"

"Kenapa Tuhan nggak buat aku mati aja, kenapa?"

"Kenapa harus aku yang selalu menderita?"

"Kamu mikirin aku sama anak kamu nggak sih?!"

Lea melepaskan pelukannya, kembali menangis sejadi-jadinya.

HALAI-BALAI | Antagonist Husband LENGKAP (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang