(28) Lucid Dream

28.8K 4.2K 66
                                    

PART INI TERDAPAT KEKERASAN DAN BERBAU HAL SADIS ⚠ KALO KERASA GAK NYAMAN, SKIP!!!



***


Freya tersenyum manis, berjalan mondar-mandir memandangi empat orang berseragam putih abu dan lambang kelas sama dengannya kecuali satu orang, seniornya. Bernama panggilan Fia.

Lengan seragam Freya tergulung, tongkat baseball yang di pegang bergesekan pada lantai hotel.

Eksperimen Freya bukan di tempat gelap dan pengap, seorang Freya Lovely Astagina, suka kemewahan.

Ya, walaupun tempat ruang tengah hotel tidak ada barang rumah tangga melainkan benda tumpul hingga tajam.

"Kak Fia..." Freya memanggil riang sambil menekan perekat ke mulut Fia hendak lepas. Menekannya kuat hingga pipi Fia dibuat memerah.

Fia berontak berusaha melepaskan ikatan rantai di belakang kursi.

"Lo kira gue mau gitu bersaing sehat sama lo. Cuih, Ganes mana cinta sama orang yang bisa mengandalkan dada menarik lawan jenis!" ujarnya sarkas.

Tongkat baseball tersebut terpukul keras di paha empat orang di depan Freya.

"Yang diujung mirip Sena. Hm, beda. Sena enggak bego cuma agak polos," tuturnya. Freya menghampiri gadis berkacamata bulat berurai air mata.

"Hello, nama gue Freya. Cukup panggil Reya ... salam kenal! Nama lo Jena, kan? Sekelas sama Ganes." Freya melepaskan perekat di bibir Jena, tampak bibir Jena membengkak.

"Tadi pagi minta di ajarin Ganes voli, tapi taunya malah modus dan sengaja lo nempel-nempel. Itu pantat busuk lo udah bikin Ganes-ku harus mandi pake tanah."

Setiap perkataan keluar dari mulut Freya mampu membuat yang mendengarkan sakit hati.

Jena menangis terisak saat ujung baseballnya menekan bagian pahanya.

"Gak papa deh, hukuman buat lo palingan ditusuk sama lidi itu." Bibir Freya manyun, telunjuknya mengarah ke tiga sapu lidi yang menempel di dinding.

Freya berjalan ke samping kemudian.

"Kesalahan kalian sama, letakin barang murahan berupa cokelat dan bunga. Anggap aja kalian perwakilan mereka semua."

Freya sangat tidak suka berisik jadi tiga orang Freya biarkan mulutnya bungkam. Di antara mereka berempat hanya Jena yang kalem, sisanya nyaris seperti orang kesetanan.

"Lo anak pejabat yang korupsi itu ya? Setau gue itu bukan gosip..." ucap Freya.

Badan Auri gemetar hebat melihat telapak tangan Freya telah bersusun jarum jahit, secepat itu. Seakan punya kantong ajaib.

"Enggak usah bikin surat cinta ke Ganes, sekarang udah modern lewat hape juga bisa!" seru Freya lalu satu jarum jahit menusuk dalam jempol kanan Auri.

Sret

Jarummya sengaja Freya geserkan sampai luka memanjang terlihat jelas.

Satu jarum.

Dua jarum.

Hingga lima jemari Auri tertancap jarum jahitnya. Badan Auri gemetar hebat sambil kepalanya bergerak bruntal, sakit titik terdalam. Auri ingin menjerit kesakitan, meminta ampun namun mulutnya tak bisa mengeluarkan suara.

Bukan Antagonis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang