(29) Harapan

26.6K 4.4K 165
                                    

"Jangan ikut, anjir!" Laskar meletakkan kembali helm ke stang motor padahal baru saja hendak Laskar pasangkan ke kepala.

Bukan Freya Lovely Astagina menurut, aku memeluk motor ninja Laskar.

"Intinya gue pengen ikut, udah lama gue kagak liat orang balapan."

"Ini bukan balapan resmi, tapi balapan liar. Bahaya, kalo nanti ada patroli. Emang lo bisa lari cepet, itu kaki kependekan mana mampu."

Wah, body shaming!

"Kali ini. Nanti-nanti gak lagi." Kulempar binaran minta belas kasih, sudah lama aku tidak menonton balapan, dulu saat di lapangan desa aku hampir tidak pernah tertinggal.

Punggung tangan Laskar lalu menempel di keningku berakhir di leher.

"Oke, karena lo nggak demam lagi boleh asalkan jangan berisik. Terus itu kaki tutupin."

"Emang kaki gue kenapa?"

"Kaki pendek lo keliatan, bego!"

"Iya, dungu."

Menghentak lantai garasi aku kemudian berlari memasuki rumah, sempat-sempatnya sudut mataku menangkap senyuman tipis terukir di wajah tampan Laskar.

***

Laskar mengomel setengah jam lalu menyalahkan adik tirinya ini karena gara-gara aku lah Laskar datang terlambat. Beruntung, muka masam Laskar menghilang ketika Ganes berhasil lebih dahulu mencapai garis finish.

"Semoga Laskar nggak bilang aku ada di sini." Dari tempat aku berdiri, memandangi jelas Laskar dan anggota Geng Dark lain bertos ria pada Ganes.

Dari Ganes menerima amplop dengan ekpresi datarnya tersebut. Yang aku tebak segepok uang, padahal Ganes itu sultan, mungkin uang saku yang diberikan orang tuanya kurang.

"Pacarnya Laskar ya?"

Aku tersentak kaget menoleh cepat ke sumber suara. Gadis jangkung tersenyum ramah.

"Siapa?" tanyaku balik. Kacamata bulat yang aku pakai agar tidak terlalu mencolok, aku benarkan. Laskar yang memasangkannya sebelum ke naik motor tadi.

"Lo pacarnya Laskar?"

"Bukan."

"Laskar nggak pernah bolehin motornya dinaiki orang asing, gue pun dulu pernah pacaran nggak dibolehin!"

"Gue adiknya, Freya."

Nada sebelumnya ramah, senyuman gadis itu luntur. Raut wajah terkesan jutek kemudian.

"Sejak kapan Laskar punya adik. Oh, kita belum kenalan. Nama gue Nora," katanya.

"Sejak satu tahun lalu, Papa nikah lagi."

"Laskar nggak pernah bilang."

"Ngapain juga Laskar bilang sama lo."

Sumpah nih orang kayaknya pengen ngajak  gelut. Aku mendengus kuat.

Karena di sini aku yang waras mengibaskan rambut aku berbalik badan.

"Gue masih pengen bicara."

Aku melirik tangan Nora memegang lenganku lebih tepatnya disebut mencengkeram, dua teman Nora yang diam akhirnya bergerak, membantu Nora menghalangi jalanku.

Lah, dasar bocah bisanya main keroyokan!

"Gue sibuk, kalo gak percaya tanya Laskar sana."

Aku berusaha menyingkirkan tangan Nora. "LEPAS, SIALAN! LO BIKIN KESABARAN GUE HABIS!" Akhirnya aku berteriak apalagi Freya berdiri di belakang Nora, arti tatapannya seakan mengejek.

Bukan Antagonis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang