(23) Menyerah?

32.3K 5.1K 130
                                    

Aku bersyukur Ziyan menurut saat aku menyuruhnya untuk tetap diam, di sisi lain pergelangan tangan kananku tambah sakit Ganes terus mencengkeramnya kuat.

Ganes menyeretku keluar markas Aster. Kakiku yang pendek berjalan tertatih-tatih mengimbangi langkah Ganes.

"Lo nyaktin, Freya!" Apa Ganes peduli ucapan Laskar kesekian kali? Tentu saja tidak, Ganes justru semakin marah.

"Huh, sakit." Punggungku nyaris menghantam mobil jika seandainya Laskar gagal melindungi, jadinya aku membentur dada Laskar.

Seperti yang pernah aku katakan, sekali pun tidak pernah disakiti lawan jenis dikehidupan sebelumnya. Aku selalu di puja atas rupa dan otak yang berguna.

"Dasar murah, segitunya lo merencakan sesuatu sama si bangsat itu sampai lupa waktu," kata Ganes sinis.

Aku menahan lengan Laskar yang hendak mengikis jarak pada Ganes. Kulihat Laskar berusaha meredam emosinya. Tak ada dalam catatan merusak persahabatan mereka yang terjalin lama.

"Terserah, tapi kalau kamu menyimpulkan aku murah sangat lah salah."

"Mengejar laki-laki yang bahkan nggak pernah liat lo apalagi melirik itu udah termasuk murahan."

Pedas sekali.

Aku berjongkok mengambil batu sebelum itu kupilih batunya berujung tajam, menemukannya aku berdiri kembali. Jelas Ganes dan Laskar kening mereka berkerut, mungkin bingung dengan sikapku.

"Kita di lihat di sini siapa yang murah." Aku tersenyum penuh arti, menarik Laskar berdiri merapat.

Sret

Batu aku pegang berhasil aku gores di pergelangan tangan. Buru-buru aku menjauh saat Laskar berniat merebutnya.

"Lo gila?!" bentak Laskar.

Bergantian aku memandangi bulan bersinar terang dan Ganes yang tampak terkejut, senyumanku bertambah lebar darah mulai menetes jatuh.

"Antara kita bertiga, garis yang berhasil aku hancurkan. Kita lihat di kemudian hari siapa yang murahan, jika semua terjadi ... penyesalan yang hadir!"

Pandangan mata aku alihkan, kehadiran orang lain duduk di mobil Ganes, kelopak mata berkedip saat gadis di dalam sana langsung membuang muka.

"Sampai kapan lo berhenti menyakiti diri sendiri." Laskar meraih tanganku, kentara rautnya khawatir. Bibirnya sibuk meniup darah terus menetes deras dari pergelangan tanganku.

Antara kita bertiga!

Gadis yang duduk di mobil Ganes lah aku maksud.

"Dibersihkan bukan ditiup." Aku terkekeh lucu, merasakan tiap detik hidung mulai basah. Air mata berdesakan hendak keluar.

Freya bodoh!

Entah di mana tokoh antagonis sebenarnya itu sekarang dan aku lah kena getahnya.

Gemetar aku menunjukkan tangan terluka di depan wajah Ganes.

"Hingga tiba waktunya, Ganes. Aku cuma meminta kamu berkata maaf bahkan bersimpuh, bahkan lebih dari itu..." sambungku.

Ganes membeku, iris birunya berkilat marah perlahan meredup. Tetap mengukir senyuman aku menoleh ke Laskar yang terus bergerak panik.

"Gue mau pulang."

Laskar tidak protes saat mataku bergerak melirik punggungnya seakan mengerti Laskar berjongkok, aku mendekat. Kemudian mengalungkan kedua tangan di leher Laskar.

"Ganes, aku rasa aku sangat salah. Karena hidup ini udah milik aku tak usah memikirkan perjuangan Freya yang terasa sia-sia jadi ... lebih baik aku menyerah, benar-benar menyerah." Kuputar kepala memindai rupa Ganes bak di bulan purnama tersebut dia lah rajanya.



Bukan Antagonis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang