20. Caca Gapapa.

7.9K 456 5
                                    

Bonus karena kemaren" ga update
Semoga sukaa!
.
.
.

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.

Akan datang saatnya masa sekarang, menjadi sebuah masa lalu, yang mungkin akan kalian rindukan

Ooo

Drtt..

Drtt...

"Ca ponsel Lo bunyi, setan!" Sungut Andre kesal melihat Caca yang sedang melamun.

"Hah?" Caca tersentak kaget, ia menatap Andre bertanya.

"Ponsel Lo bunyi setan! Lagian Lo kenapa sih, pagi-pagi udah melamun, kan ga lucu kalau Lo kesurupan," ujar Andre lagi, tidak biasanya ia melihat Caca melamun seperti ini. "Lagi ada masalah ya Lo?" Ucap Andre khawatir.

"Kepo sia," sahut Caca, Caca pun meraih ponselnya yang tergeletak di meja nya, ia mengernyit kala melihat nomor yang tidak ia kenali menelponnya.

"Sialan. Nyesel gua ngasih tau," gerutu Andre.

"Syut! Diem Lo!" Sungut Caca, Andre menghela nafas sabar.

Caca menekan tombol terima, lalu berjalan menjauh dari Andre, "maaf siapa ya?" Ujar Caca sopan, bagaimana pun juga Caca pernah di ajarkan bagaimana caranya bersikap sopan kepada orang yang tidak ia kenali.

"Wah! Parah Lo Ca. Pasti nomor gua ga Lo simpan kan? Jujur aja Lo! Parah banget si Lo, udah sombong Lo sama gua, Ca!" Caca menjauh ponsel dari telinganya, kuping Caca terasa pengang, kebiasaan banget ga si Fita atau orang lain kalau menelepon nya suka teriak-teriak. Bisa-bisa conge muda- muda Caca.

"HALO? CA? WOY? CACA?" Pekik orang itu lagi, untungnya Caca sudah menjauhkan ponselnya dari telinganya kalau tidak, sudah dapat di pastikan Caca bakal conge-an muda-muda.

"Ca, gua Tobi. Parah banget Lo kalau beneran lupa sama Gua!" tutur nya lagi, ah Caca baru ingat kalau ia mempunyai teman yang bernama Tobi, tidak. bukan hanya teman, Tobi sudah seperti kakak bagi Caca. Dulu saat ia dan Oma masih tinggal di Bogor Caca sering sekali bermain dengan Tobi, Tobi sudah di anggap seperti cucu nya sendiri oleh Oma makanya ia diberikan amanah untuk menjaga cafe yang ada di Bogor oleh Tina.

"Gua denger Tobi! Jadi Lo ga usah teriak-teriak. Kuping gua sawan sama suara Lo!" Balas Caca kesal, dapat Caca terdengar kalau Tobi di sebrang sana tertawa mendengarnya.

"Yaelah Ca Lebay Maneh! Btw gua turut berdukacita ya Ca. maaf, waktu itu gua ga datang ke Jakarta, waktu itu bibi terkena DBD, sekali lagi gua maaf ya Ca," tutur Tobi lirih, bagaimana pun juga Oma dan Caca adalah orang yang berjasa bagi kehidupannya, tanpa Caca dan Oma mungkin Tobi tidak akan pernah bisa seperti sekarang ini.

Caca tersenyum. "Gapapa Tobi, doain aja ya? Tapi bibi Anis gimana keadaan nya? Udah membaik kah?" Tanya Caca.

"Alhamdulillah Ca udah baikan, tadi pagi bibi udah di bawa pulang," ungkap Nya, Caca tersenyum lega mendengarnya. "Alhamdulillah, kapan-kapan Caca main deh ke Bogor," balas Caca, semenjak Oma pergi ke Jepang Caca sudah tidak pernah lagi berkunjung ke Bogor, rasa nya ia sangat rindu dengan Susana di sana.

"Nanti mainnya sama gua aja, kita sama-sama ke Bogor," ujar Tobi membuat Caca mengernyit.

"Lah? Bukannya Lo di Bogor?"

Tobi tertawa di sebrang sana, "astaghfirullah, gua sampe lupa ngomong sama Lo. Jadi gini nih, Sebelum Oma meninggal dia meminta gua buat bimbing Lo ngurusin cafe yang ada di Jakarta, karena hampir 80% cafe akan diwariskan sama Lo Ca, Maka dari itu mulai sekarang gua bakal menetap di Jakarta, buat bimbing Lo," tutur Tobi memberi tahu.

CACA GAPAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang