Selamat membaca.
.
.
.
.
.Aku ingin seperti langit, yang luas dan tinggi. Aku ingin memiliki hati yang seluas langit untuk dapat menerima semua luka, dan aku juga ingin seperti langit yang tinggi, karena aku ingin menjadi pelindung bagi orang-orang yang ada di bawah dan membutuhkan perlindungan.
Coretanbutterfly.
"Alhamdulillah Lo udah sadar Ca," Ucap Dimas lega, kepala Caca pun tertoreh kesamping kesadaran nya belum terkumpul sepenuhnya.
Caca berkali kali mengejapkan mata, berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padanya sehingga ia bisa berada di tempat asing ini. "Gue dimana?" Tuturnya ketika kesadaran sudah terkumpul.
Bukannya membalas Dimas malah menyodorkan segelas air putih, "Minum." Caca menepisnya kasar sehingga gelas itu pecah.
Prang!
"gua mau pulang."
"Nggak! Keadaan Lo lagi nggak baik-baik aja," cegah Dimas. Caca menggeleng, dengan sempoyongan ia beranjak dari tempat tidur.
"Lo masih sakit Ca!"
"Apa perduli Lo," ucap Caca dengan sangat dingin, sembari menyentak tangan Dimas yang menggenggam tangan nya. "Gua anter," ungkapnya lagi.
"Gua nggak mau!" Tolak Caca, ia butuh waktu untuk sendiri, Caca butuh waktu untuk mengistirahatkan otak nya.
Tanpa menghiraukan Dimas, Caca terus melangkah dengan hati-hati, sesekali kepalanya berdenyut nyeri, perutnya terasa sakit dan dadanya terasa terbakar. "Ishh.."
"Mita yang udah culik Fita," Ucap Dimas membuat Langkah kaki Caca terhenti, kepalanya tertoreh kebelakang, menunggu Dimas melanjutkan ucapannya nya, "Gue bakal bantu Lo buat nolongin Fita."
"Gue nggak butuh bantuan Lo!" Ucap Caca sarkas. Dimas melangkahkan kakinya mendekati Caca. "Gua bisa bebasin Fita Tanpa Lo, gua nggak mau Deket-deket dan berteman lagi sama Lo, Dim. Caca nggak mau, Dimas jahat," ucap Caca lagi.
Dimas menghela nafas pajang, apakah salah jika ia ingin melindungi Caca? Ya walaupun resikonya dirinya lah yang akan di benci oleh Caca, "gua terpaksa Ca, karena gua sayang Lo, gua takut Lo kenapa-kenapa," balas Dimas lirih.
Caca terkekeh kecil, "justru Lo buat gua hancur Dim, gara-gara Lo gua nggak punya semangat hidup, gua nggak punya tujuan hidup, gara-gara Lo juga hati gua kembali hancur untuk kesekian kalinya," sahut Caca lirih.
Dimas meraih tangan Caca namun segera Caca tepis, "Jangan sentuh gua." ucap Caca dingin, kembali melangkahkan kakinya, namun lagi-lagi langkah kakinya terhenti karena ucapan Dimas.
"GUE TERPAKSA CA!"
"GUE JUGA TERTEKAN."
"GUE BERADA DI POSISI YANG SERBA SALAH."
"GUE TAU GUE SALAH CA, GUA TAU GUA SALAH!"
"GUA TAU GUA EGOIS NGGAK MIKIRIN PERASAAN LO TAPI—"
"GUE NGGAK MAU LO DISAKITIN SAMA MITA! NAMUN NYATANYA MALAH GUE YANG NYAKITIN LO! GUE MINTA MAAF. GUE BENER-BENER TERPAKSA." Nafas Dimas memburu, tangannya terkepal, ia marah dengan keadaan. Ia tau siapa Mita sebenarnya, dia gadis nekat dan tidak tau diri, dulu saat Dimas berumur 9 tahun ia pernah tinggal di jogjakarta selama 5 tahun, selama 5 tahun itu lah ia mengenal siapa Mita, gadis yang selalu menjadi buronan warga dan polisi.
Selama bertahun-tahun pula ia menyimpan dendam pada Mita yang tega mencelakai adik sepupunya sehingga koma satu bulan, sejak kejadian itu pun Dimas menjadi takut jika hal itu terjadi kepada Caca, ia tidak mau Caca di sakiti seperti adik sepupunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CACA GAPAPA [END]
Ficção Adolescente"Mendapatkan kasih sayang dan cinta dari kalian itu, seperti halnya aku berharap ada bintang yang jatuh, pada siang hari." Caca Aeyza allqiya. -selesai di revisi Kamis 05-05-2022 Warning! Plagiat dilarang mendekat. Ini murni h...