"Mendapatkan kasih sayang dan cinta dari kalian itu, seperti halnya aku berharap ada bintang yang jatuh, pada siang hari."
Caca Aeyza allqiya.
-selesai di revisi
Kamis 05-05-2022
Warning! Plagiat dilarang mendekat.
Ini murni h...
"Aini? " Panggil Aldi sehingga Aini tersentak kaget, "Hah?!"
Pandangan Aldi beralih pada air jeruk lemon yang Aini buat. "Lo mau juga?" tanya Aini, Aldi pun mengangguk kecil. Menurutnya segar minum es lemon di siang hari seperti ini.
"Boleh," balasnya tersenyum tipis, kini pria itu tidak sedingin dulu padanya, es batu tersebut kini mulai mencair.
Namun tinggal menunggu satu detik lagi es lemon itu ia tenggak, namun Caca merampasnya, "Lo apa-apaan si Ca!" Bentak Aldi tidak terima, Caca tidak perduli ia malah menenggak es lemon itu sampai habis, membuat kedua mata Aldi dan Aini melotot.
Caca tersenyum menatap Aldi lalu menaruh gelas tersebut, sebelum pergi Caca menempatkan mencium pipi Aldi lalu berkata. " Udah sayang sama Caca belum?" tanya Caca berbisik.
Caca membekap mulut Aldi ketika Aldi hendak memarahinya, "Jangan marah, Abang alergi jeruk lemon, Abang lupa ya?" Aldi menegang membuat Caca terkekeh kecil.
Ia kembali berucap, "Yaudah gapapa untung ada Caca. nanti kalau Caca udah nggak ada, Abang janji ya? Nggak boleh lupa lagi. Nanti kalau Abang lupa siapa yang ngingetin lagi?" Setelah berucap Caca benar-benar pergi meninggalkan Aldi dan Aini yang tertegun.
"Kuat ya," gumam Caca memegangi dadanya. Lalu ia membalikan badannya dan tersenyum menatap Aldi yang membeku.
Benar kata Caca barusan, Aldi memang memiliki alergi dengan semua jeruk. entah itu jeruk nipis, lemon atau pun Limau. tubuh Aldi akan langsung bereaksi seperti; gatal pada kulit, ruam merah, bibir bengkak dan gatal, lidah bengkak dan gatal, gatal pada tenggorokan, sakit perut, mual, muntah dan bahkan bisa sampai sesak napas.
Aini tersenyum, ia menggenggam tangan Aldi, "maaf gua nggak tau," ungkap Aini, Aldi hanya membalasnya dengan anggukan kecil.
°Caca°
"Owekk..."
"Owekk..."
"Bi- "
Caca menggeleng kecil dan tersenyum, "Caca Gapa-pa bi," Caca mengeram memegangi dadanya yang terasa panas, terbakar. Tangannya kirinya mencengkram wastafel menahan rasa sakit yang kini ia rasakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gapapa gimana sih Ca? Kamu muntah darah lagi, Bibir kamu juga pucat banget gitu. Kita ke rumah sakit ya? Bibi nggak suka liat kamu kesakitan gini," bujuk Bibi.
Caca menggeleng. "Caca mau di peluk aja Bi, boleh?" Ucap Caca lirih, bi Ijah mengangguk, ia langsung memeluk tubuh Caca erat sembari mengelus-elus punggung Caca yang bergetar, "Caca boleh ngeluh Bi?" Tanyanya, bi Ijah mengangguk, "boleh, keluarin keluh kesah kamu Ca, sampai hati kamu ngerasa lega, tapi Bibi harap kamu nggak akan pernah menyerah," ucapnya.