extra part 2

12K 579 34
                                        

Selamat membaca
.
.
.
.
.


"Entah apa tujuan tuhan ciptain Caca, Caca juga tidak paham. yang jelas Caca bahagia bisa diciptakan di sisi kalian semua."

"Caca bahagia bisa menjadi bagian dalam hidup kalian."

"Caca juga bahagia saat melihat kalian bahagia... eemm, walaupun bukan Caca sumber kebahagiaan kalian."

Anna menggelengkan kepalanya, melihat raut wajah dalam Vidio itu ia sadar betapa terlukanya anak gadisnya itu. "Jangan bilang gitu nak, Ka-mu sumber kebahagiaan Mamah, Ca," gumamnya lirih.

"Caca sakit, tapi Caca ikhlas."

"Mah, Abang.. entah kenapa saat melihat wajah dan senyuman kalian, rasa sakit Caca seketika hilang itulah sebabnya Caca suka menatap wajah Mamah sama Abang hehe.. aneh bukan? Caca juga heran."

"Kalian tau ga? Setiap rasa sakit itu datang, cuman satu yang Caca mau, Caca mau kalian datang dan peluk Caca lalu berucap 'semangat Caca pasti sembuh' 

"Caca ingin jujur sama kalian tapi Caca ga sanggup buat kalian khawatir sama Caca, sampai dititik ini. Caca benar-benar sudah pasrah sama tuhan, Caca udah nggak pernah minum obat lagi," Terlihat dalam Vidio itu Caca terkekeh geli, namun matanya terus menitikkan air mata. "Maafin Caca ya bibi, Tobi, dokter Sintia. Caca bohongin kalian.."

"Kamu jahat, udah bo-hongi bibi Ca," lirih bibi terisak, bahkan tubuhnya ikut lemas mendengar ucapan Caca.

"Caca capek bi minum obat terus. Mungkin saat ini lidah Caca udah mati rasa, apapun yang Caca makan, baunya selalu seperti obat."

"Caca nggak patah semangat tapi saat melihat lambung Caca yang sudah tidak bisa menerima apapun makanan yang masuk. Caca sadar, sebentar lagi Caca akan pergi, Caca udah ikhlas, Bi," Ucap Caca seraya tersenyum miris. "Tubuh Caca udah nggak kuat lagi Bi," Lanjutnya lagi.

Benar apa yang Caca ucapkan di dalam Vidio tersebut, selama dua hari sebelum kepergiannya. Caca sudah kesulitan untuk makan atau minum. Setiap makanan atau minuman yang masuk kedalam mulutnya, selang beberapa detik perutnya akan mual dan kembali memuntahkan makanan yang masuk.

Selama dua hari itu juga, Caca bertahan hanya dengan bantuan Terapi infus, di saat malam sampai pagi hari. Agar tubuh Caca tidak lemas dan lebih segar.

Tidak ada yang sadar akan hal itu, bukan? Bahkan bibi aja nggak tau. Caca ini penipu yang handal.

Dalam Vidio itu terlihat Caca menunjukan tangan kirinya yang tengah di infus. "Dia yang nemenin Caca di setiap malamnya," ucap Caca tersenyum.

"Kalau nanti Caca pergi, kalian jaga diri baik-baik. Buat Abang, inget Abang punya alergi jeruk. jangan lupa lagi ya? Nanti Caca nggak bisa ingetin Abang lagi." Mendengar ucapan itu tangis Aldi semakin parau. disaat dirinya enak-enak terlelap dalam tidurnya, justru adiknya—Caca, setiap malamnya ia menahan sakit, bahkan sendirian tanpa ada yang menemaninya.

Aldi merasa gagal menjadi seorang Abang yang baik untuk Caca, Aldi bodoh. Tidak pernah sedikitpun ia memperhatikan keadaan dan kondisi Caca, bisa-bisa nya ia berfikir kalau Caca itu gadis yang kuat dan tangguh.

"Maafin Abang Ca hikss.." setelah berucap Aldi berlari kecil menuju kamarnya, tangis Aldi pecah disana.

Tidak bisa ia bayangkan seberapa sedihnya menjadi Caca, disaat orang-orang rumah terlelap dalam tidurnya, justru Caca tidak bisa tidur karena menahan rasa sakitnya.

"Ke-napa ka-mu nggak bilang kalau kamu sakit Ca? Hiksss.."

Sementara Tobi menghela nafas panjang, ia tekan tombol off pada Vidio di laptop Caca, "kalau nggak kuat, nggak usah di liat," ucap Tobi sambil menaruh kembali laptop tersebut ke dalam tasnya, pergerakan Tobi tidak luput dari pandangan bibi dan Anna.

CACA GAPAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang