17 - Flashback

666 72 41
                                    

*****

Caca membasuh mukanya di wastafel berulangkali. Setelah selesai, ia menatap dirinya di pantulan cermin yang ada di hadapannya.

Nafasnya terengah-engah, rambutnya sedikit berantakan akibat berlari.

"Argh---kenapa Caca bisa ngomong gitu sih di depan Kak Devano!"

Erangnya frustasi saat ia mengingat kejadian memalukan di ruangan Devano.

Ia begitu malu karena telah mengucapkan hal yang bahkan Devano pun tidak perduli. Ia begitu malu karena telah menceritakan kisah masa lalunya.

"Argh! Malu banget."

Caca mengambil nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskan-nya secara perlahan.

"Oke. Tenang Ca tenang! Anggap semuanya tidak pernah terjadi."

Ia merapihkan rambut dan seragamnya. Kemudian mengambil tas dan berjalan keluar kamar mandi menuju kelasnya.

****

Caca memasuki kelasnya, ia duduk di bangku ke tiga barisan kedua dekat pintu.

Ia meletakkan tasnya di atas meja. Kelas masih sepi, hanya ada beberapa siswa-siswi yang sudah datang.

Ia meraih handphone di dalam tasnya. Ia memilih untuk menonton drama china yang belum sempat di selesaikannya.

Sesekali ia tertawa dan sesekali juga ia menangis karena melihat adegan yang menyedihkan di dalam film itu.

Jika sudah seperti ini, ia akan mengabaikan sekitarnya.

Hah---dasar gadis itu!

****

Mita memasuki kelasnya dengan langkah gontai. Ia berjalan ke arah tempat duduknya dengan kepala menunduk.

Ia meletakkan tasnya dan menelungkupkan kepalanya di atas meja tanpa menghiraukan sekitarnya.

Huft!

Mita memilih memejamkan matanya sebentar, sebelum jam pelajaran di mulai. Ia merasa sangat badmood hari ini.

Saat hendak memejamkan mata Mita mendengar suara ketawa seseorang di sebelahnya.

Mita mengangkat sedikit kepalanya, ia tampak tengah berpikir. "Perasaan tadi gue sendiri deh." gumamnya pelan.

Ia menggeleng. "Ah--mungkin ini perasaan gue aja!"

Mita kembali merebahkan kepalanya di atas meja. Saat hendak memejamkan mata, suara itu kembali hadir dan membuat bulu kuduknya merinding.

"Anjir! Gue merinding bangsat."

Mita memberanikan diri untuk menatap sekitarnya. Ia memejamkan matanya saat hendak menatap bangku di sebelahnya.

"Gue mohon jangan hantu!" gumamnya.

Ia membuka matanya secara perlahan. Matanya menatap seorang dengan mata setengah terbuka. Dan disanalah, tampak seseorang berambut panjang tengah menundukkan kepalanya.

'Anjir itu orang bukan ya?!' batinnya.

Perlahan tapi pasti, kini matanya sudah terbuka sempurna. Tetapi Mita masih belum berani menatap seseorang di sebelahnya.

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang