40 - Manjanya Devano

394 16 26
                                    

HALO GUYS! APA KABAR?
SEMOGA SEHAT SELALU YAA^^

GIMANA PART KEMARIN? ADA YANG BAPER ATAU NGGAK? JUJUR GUYS AKU TUH GAK BISA BIKIN ADEGAN ROMANTIS WKWKWK

GIMANA NIH, UDAH SIAP BACA PART 40? YEAY AKHIRNYA, GAK KERASA UDAH BAB 40 AJA YA HIHI.

JANGAN LUPA VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA YA, JANGAN SIDERS! RAMEIN DI SETIAP PARAGRAFNYA JUGA OKAY^^

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA💗

****

"Ada yang tak tenggelam ketika senja datang, yaitu rasa." - Rohkmatul Maskul

🥀

Pagi-pagi sekali Caca sudah tiba disekolahnya. Selain alasan piket, hari ini gadis itu juga ingin menemui Devano karena kalau pagi-pagi seperti ini belum begitu banyak orang sehingga ia bisa leluasa bertemu dengan Devano, dan ia yakin jika pria itu sudah datang ke sekolah karena biasanya pria itu juga selalu datang sepagi ini.

Caca berjalan menuju ruangan Devano, ketika sampai disana ia langsung mengetuk pintu bercat putih itu. Tiga kali ia ketuk namun tak kunjung menampakkan sosok yang ia cari. Caca menghela nafas pelan, ia mencoba membuka pintu itu, namun pintu itu masih terkunci. Tumben. batinnya.

“Apa belum dateng ya?” monolog Caca.

“Enggak biasanya dia dateng siang,” katanya lagi berbicara pada diri sendiri.

Caca menghela nafas pelan. Ia mengeluarkan ponselnya pada saku kemeja putih-abunya, kemudian mengetikkan sesuatu pada salah satu kontak disana.

Acha : belum berangkat sekolah? tumben, biasanya udah dateng jam segini.

Setelah mengirim pesan tersebut, Caca segera kembali ke kelasnya karena mulai banyak siswa-siswi yang mulai berlalu lalang memperhatikannya dengan tatapan heran. Mungkin mereka bertanya-tanya untuk apa Caca datang ke ruangan Devano sepagi ini. Dasar manusia kepo.


***

“KAK RIYAN!”

Riyan menoleh saat seseorang memanggil namanya. Ia tersenyum sekilas menatap seseorang tersebut yang tampak tengah berjalan kearahnya.

Kalo pawangnya tau, bisa-bisa diamuk gue senyumin ceweknya kayak gini. batin Riyan.

“Kenapa, Cha?” tanya Riyan pada Caca saat gadis itu sudah berada di hadapannya.

“Kak Devano kemana ya? Acha cariin daritadi tapi enggak ketemu. Dia ada dikelas, ya?” tanya Caca langsung kepada intinya.

“Lo nggak tau? Devano 'kan sakit, dia nggak sekolah hari ini, Cha,” ucap Riyan memberitahu.

“S.. sakit?” tanya Caca setengah terkejut. Pantas saja ia tidak melihat Devano dimanapun sedaritadi.

“Iya. Tadi gue di telepon sama Nyokapnya, minta tolong buat izinin Devano, awalnya tuh anak nekat mau sekolah, tapi tiba-tiba jatuh pingsan kata Nyokapnya,” jelas Riyan.

“Dia demam tinggi,” lanjut Riyan membuat rasa khawatir Caca semakin memuncak.

“Kak Riyan tau rumahnya Kak Devano?” tanya Caca.

Riyan tertawa pelan. “Pertanyaan lo aneh banget, Cha.” pria itu terkekeh. “Ya jelas tau lah! Temenan udah dari lama masa nggak tau rumah temennya sendiri.” lanjut Riyan membuat Caca menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ah, iya juga! batin Caca.

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang