“Aku ingin menjadi tenang dan mencintaimu tanpa banyak kekhawatiran.”
Riyan menghela napasnya. Sudah satu jam ia berdiam diri di dalam UKS bersama kelima gadis yang sejak tadi hanya diam melamun, hanya satu diantara kelima gadis itu yang menangis. Dan itu adalah kekasihnya.“Ta, udah dong jangan nangis terus,” bujuk Riyan pada Mita yang sejak tadi terus menangis.
Mita tak merespon, gadis itu terus menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahkan wajahnya saja belum sempat di obati.
“Ta, obatin dulu ya lukanya?” bujuk Riyan sekali lagi.
Riyan menghela napas lelah, lalu menoleh pada empat gadis yang sejak tadi hanya melamun saja. “Kalian gimana, ada yang luka?” tanya Riyan pada Serenna, Nisa, Aurel dan Ratna.
Serenna menoleh pada Riyan. Bukannya menjawab, Serenna justru melempar pertanyaan balik kepada Riyan. “Kalian pacaran?”
Riyan mematung begitu juga dengan Mita. Mita membuka wajahnya lalu menoleh pada teman-temannya yang meminta penjelasan.
Astaga, ia baru sadar kalau disini bukan hanya ada dirinya dan Riyan saja. Ia harus bagaimana ketika sudah terciduk seperti ini?
“Ah! Itu, gue—” ucap Mita dengan gelagapan.
“Iya pacaran,” jawab Riyan cepat memotong ucapan Mita.
Mita menghela napasnya. Ia mengangguk membenarkan. Toh, lama kelamaan juga pasti akan ketahuan kan?
BRAK!
Serenna menggebrak pelan brankar UKS yang ia duduki membuat teman-temannya sedikit terkejut. “Bisa-bisanya lo sembunyiin ini dari kita. Emang ya sebelas dua belas lo sama Caca!” dengus Serenna yang merasa sedikit kecewa.
“Gue bisa jelasin itu nanti. Sekarang yang penting gimana kondisi Acha,” ucap Mita dengan suara seraknya. Membuat Serenna dan yang lainnya menunduk lesu, kembali merasa sedih.
Mita menoleh pada Riyan, dan dari jarak sedekat ini Riyan bisa melihat wajah gadisnya yang lumayan parah. Lebam pada pipi dan matanya, serta ujung bibirnya yang sobek dan sedikit mengeluarkan darah yang hampir mengering.
“Yan, Acha gimana?” lirih Mita, mata gadis itu sudah berkaca-kaca. “Gue mau liat Acha, tapi kenapa pintu ruangan Devano malah di kunci sih?!” ucap Mita yang kini sudah kembali menangis.
“Bilang sama Devano suruh buka kuncinya, gue mau liat Acha!” pinta Mita pada Riyan sembari menangis. Gadis itu terus menggoyang-goyangkan lengan Riyan agar Riyan mau menuruti permintaannya.
Riyan menatap sendu kearah Mita. Ia bangkit berdiri lalu duduk di sebelah Mita, menarik gadis itu agar masuk kedalam pelukannya. Riyan akui, pertemanan keduanya memang sangat tulus dan tak dapat terpisahkan.
Riyan mengelus punggung Mita saat gadis itu semakin sesegukan. “Hei, tenang. Acha pasti bakal baik-baik aja, Ta,”
Mita mendongak dengan air mata yang mengalir di pipi serta mata sembabnya. “Gue mau liat Acha, kenapa Devano kunci pintunya? Padahal gue sahabatnya Acha..,”
Riyan mengelus puncak kepala Mita, menatap mata gadisnya dengan lembut lalu tersenyum tipis. “Acha lagi diobatin sama dokter pribadi, Ta. Devano kunci pintunya supaya nggak ada yang mengganggu proses pengobatan Acha,”
Ratna mengangguk. “Iya, gue ngeliat banyak banget siswa-siswi yang ngumpul di depan ruangan Devano, hampir menuhin lorong,” ucap Ratna.
Mendengar ucapan Ratna, Aurel jadi teringat sesuatu. “Sumpah gue kesel banget!” ucap Aurel tiba-tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
NATASYA
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Bagaimana halnya, bila seseorang yang telah hadir lebih dulu itu kini datang kembali setelah pergi meninggalkan selama bertahun-tahun? Ini kisah tentang seorang gadis bernama Natasya Artalyta Syafira. Seorang gadis dengan par...