46 - Tumbang

308 10 49
                                    

HALO GUYS! APA KABAR?

GIMANA PART KEMARIN SERU NGGAK? MAKASII BUAT SUPPORT-SUPPORTNYA YA! SAYANG KALIAN BYK-BYK🤗❤❤

UDAH SIAP BACA PART 46?
JANGAN LUPA VOTE AND FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA YA, JANGAN SIDERS!

BISMILLAH PART 46 UNTUK KALIAN SEMUA, SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA💗

****

“Kita hanya mampu mengatur rencana. Berjalan sesuai keyakinan yang kita punya. Namun akhir dan hasil tetaplah rahasia pemilik semesta.”

🥀

Seorang gadis cantik tampak tengah melamun diatas rerumputan pada sebuah taman yang sepi pengunjung. Ntah ia berada di taman apa dan di daerah apa, ia pun tidak tahu.

Wajahnya pucat, dengan seragam sekolah yang berantakan. Matanya sembab dan memerah, gadis itu terlihat jauh dari kata baik-baik saja.

“Semua orang jahat..,” gumam gadis itu, menatap kosong pada hamparan rumput di hadapannya.

Dirinya merasa di bodohi oleh banyak orang. Kenapa orang-orang begitu jahat kepadanya? Kenapa orang-orang begitu tega kepadanya?

Caca menghapus air matanya yang kembali menetes, ingatan-ingatan tentang masa kecilnya kini kembali berputar, membuat hatinya terus berdenyut sakit.

11 tahun yang lalu..

“Nano ayo ikut Acha!” teriak gadis kecil yang membawa boneka stitch di dalam pelukannya.

“Aku gak mau ikut sebelum kamu buang boneka butut itu.” kata bocah laki-laki berusia 7 tahun itu dengan nada ketus.

Acha berdecak tak terima. “Enak aja di bilang butut!” sahut Acha tak terima. “Denger ya, sampai kapanpun Acha nggak akan buang boneka ini! Ini boneka kesayangan Acha tau..,” sambungnya dengan wajah memelas.

Nano menghela nafas lelah, “Aku udah beliin kamu yang baru, ganti dan buang boneka butut itu.” paksa Nano.

Caca menggeleng tegas sembari mengeratkan pelukannya pada boneka stitch berwarna biru yang sudah tak layak untuk disimpan lagi. Bonekanya sudah terlihat gepeng dan banyak robekan di mana-mana. “Nggak mau!” tegas Acha, tetap pada pendiriannya. “Yang Nano beliin itu warna pink, Acha gak suka!”

“Cha, boneka itu udah nggak layak disimpan,” kata Nano.

“Biarin!”

“—Acha nggak mau buang boneka ini sampai kapanpun.” sambung Acha.

“Kenapa?” tanya Nano penasaran, kenapa Acha begitu sayang pada boneka butut itu.

Acha menatap Nano dengan senyum sumringah, membuat Nano mengerutkan keningnya, merasa aneh. “Karena boneka ini adalah pemberian pertama dari Nano di hari ulang tahun Acha yang ke 3 tahun saat itu, Acha senang dan sayang banget sama boneka ini, setiap kali lihat boneka ini, Acha selalu ingat Nano,”

Nano terkejut. Itu artinya boneka itu sudah 2 tahun berada pada Acha? Pantas saja terlihat butut dan mengerikan.

“Mau sampai kapan di simpan?” tanya Nano.

“Selamanya!” sahut Acha tanpa keraguan.

Nano menghela nafas pasrah. Ya sudah terserah saja, ia sudah lelah memberitahu-nya.

“Jadi, yang aku beliin kemarin nggak suka, hm?” tanya Nano, menatap datar Acha.

Acha menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal, gadis itu cengengesan. “Suka, tapi nggak terlalu,” katanya. “Acha lebih suka yang warna biru,” lanjutnya.

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang