“Semoga lekas pulih dari luka yang mati-matian kamu tutupi keberadaannya.”
🥀
Sunyi menyapa malam hari. Hari ini, segala hal tak terduga terjadi. Luka lama yang belum sempat sembuh itu kini terbuka kembali, satu masalah belum usai kini datang masalah yang lainnya lagi. Memang benar, manusia itu tidak lepas dari rasa sakit dan kecewa. Tapi itu semua kembali pada diri kita sendiri, tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.
Ada yang marah, kecewa, lalu pergi. Dan ada pula yang bersabar, memaafkan, lalu menerima kembali.
Begitu pula dengan Caca. Ia marah, ia kecewa, namun hatinya masih tetap menerima. Rasa cintanya masih begitu besar daripada rasa kecewanya pada Devano.
Hari ini, Tuhan memberinya kejutan lagi. Kejutan yang membuat dirinya benar-benar terpukul. Hatinya yang sudah sakit kini semakin terluka lebih parah lagi. Rasanya ia tidak sanggup untuk menghadapinya sendirian, rasanya ia ingin menyerah saja.
Caca segera turun dari mobil Aldo saat mereka sudah tiba di parkiran RS. Sakura. Gadis itu berlari tak tentu arah membuat Aldo segera mengejarnya.
“Acha tenang,” gumam Aldo di belakang tubuh Caca saat gadis itu terus berlari di koridor rumah sakit yang begitu ramai.
Caca tak menghiraukannya, ia terus berlari sembari menangis hingga menjadi pusat perhatian orang-orang. Caca memelankan langkahnya saat melihat Riyan dan Mita yang tampak berdiri bersandar pada dinding, lalu matanya beralih memandang Kirana, wanita paruh baya itu menangis membuat hatinya ikut merasa sesak.
Caca perlahan mendekat membuat Mita dan Riyan sontak menegakkan tubuhnya. “Cha?” panggil Mita pelan, pandangan Caca begitu kosong saat menatapnya.
Kirana mengangkat pandangannya, wanita paruh baya itu melepaskan pelukan dari suaminya, kemudian berjalan menghampiri Caca.
Kirana memeluk Caca erat membuat Caca seolah di tarik paksa untuk segera sadar dari keterdiamannya. Kirana—ibunda Devano menangis di dalam pelukan Caca, membuat hati Caca benar-benar sakit saat melihatnya.
“Devano, Cha..,” isak Kirana di dalam pelukan Caca.
Caca perlahan membalas pelukan Kirana, mencoba menenangkannya. “Tante, maafin Acha..,” lirih Caca merasa bersalah. Ini semua salahnya, hal ini terjadi karena kesalahannya.
Kirana menggeleng, ia mendongak kemudian menangkup kedua pipi Caca dan menghapus air mata yang mengalir di pipi Caca. “Ini bukan salah kamu. Jadi stop nyalahin diri kamu, ya?” ujar Kirana.
Caca menggeleng, “Ini semua salah Acha Tante, kalau aja Acha mau dengerin penjelasan dia dulu, ini semua nggak akan terjadi,” tangis Caca histeris.
“Semua udah terjadi, dan itu semua bukan salah kamu sayang,” balas Kirana mencoba menenangkan Caca, mencoba menyadarkan gadis itu bahwa ini semua terjadi bukan salahnya.
Kirana mengusap-usap punggung Caca dengan sabar saat melihat Caca yang masih belum bisa mengendalikan dirinya. Lalu dokter datang bersama dengan beberapa suster yang menangani Devano, membuat mereka semua sontak berdiri.
“Permisi,” ucap Dokter Dirga ramah, dan tersenyum pada mereka.
“Iya, Dok,” balas Sandi.
“Kami akan cek keadaan pasien sekarang untuk di pindahkan segera ke ruang rawat,”
“Baik Dok, lakukan yang terbaik untuk anak saya,” ucap Sandi, mempercayakan sepenuhnya pada Dokter Dirga.
Dokter Dirga mengangguk, kemudian masuk ke dalam bersama dengan para suster lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NATASYA
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH TAMAT] Bagaimana halnya, bila seseorang yang telah hadir lebih dulu itu kini datang kembali setelah pergi meninggalkan selama bertahun-tahun? Ini kisah tentang seorang gadis bernama Natasya Artalyta Syafira. Seorang gadis dengan par...