“Walau duniamu lagi tidak baik-baik saja, jangan lupa hargai mereka yang selalu ada.” — Natasya
🪸
“ARGH SIALAN!”
“GARA-GARA SI CUPU, GUE JADI DI KELUARIN DARI SEKOLAH!” marah Nadia sembari melemparkan beberapa barang yang ada di dekatnya. Nafasnya memburu karena emosi yang meluap-luap di dalam hatinya.
Sementara itu di pojok kamar, Raya dan Kiara hanya diam saja menyaksikan. Kini ketiganya sedang berada di rumah lama milik Nadia, tentu saja ketiganya bertemu secara diam-diam karena kedua orangtua Raya dan Kiara sudah melarang keras mereka untuk berteman lagi dengan Nadia.
“Lo liat aja, gue bakal balas dendam!”
Raya menghela napasnya. “Lo mau lakuin apalagi, Nad?” tanya Raya. “Hukuman ini nggak cukup bikin lo jera, ya? Sadar, Nad. Ini udah terlalu jauh. Lo bakal dalam bahaya kalo terus-terusan berbuat nekat kayak kemarin.” ucap Raya berusaha mencoba menyadarkan Nadia, bahwa apa yang mereka lakukan selama ini itu salah.
Nadia menyeringai. “Gue bakal main cantik sekarang,” ucapnya sembari tersenyum miring.
“Gue nggak bakal libatin kalian. Gue tau kalian juga nggak bakal mau ikutin rencana gue kali ini. Toh, udah nanggung juga kan? Gue juga udah di keluarin dari sekolah, jadi gue gak perlu takut lagi di kasih hukuman.”
Raya menggeleng tak habis pikir. “Lo bener-bener gila, Nad.”
Nadia tersenyum kearah Raya, senyum yang entah mengapa membuat Raya semakin yakin bahwa temannya itu benar-benar memiliki masalah kejiwaan. “Lo tau gue, Raya,” ucap Nadia penuh arti.
Sedangkan Kiara hanya diam saja sejak tadi, tidak tahu harus berbuat apa dan berbicara apa. Ia benar-benar takut di keluarkan dari sekolah. Ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya lagi.
“Permainan akan terus berlanjut. Dan kali ini akan lebih seru,” ucap Nadia sembari menyeringai.
***
“Cha, yakin udah mau masuk sekolah?” tanya Devano saat Caca berjalan mendekat kearahnya.
Gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Dengan senyum meyakinkan, Caca berucap. “Yakin Kak, aku udah nggak apa-apa kok. Lagian bosen nanti dirumah Mita sendirian,” ujar Caca.
Mita yang berada di belakang tubuh Caca mendengus. “Udah gue bilangin berkali-kali, nih bocah keras kepala emang.” ucap Mita mengadu.
Devano menghela napasnya. “Iyaudah kamu boleh sekolah. Tapi inget, jangan jauh-jauh dari Mita oke?” pesan Devano.
Caca mengangguk antusias. “Siap!”
“Lo berangkat sama siapa?” tanya Devano pada Mita dengan raut wajah datarnya.
“Gue bawa motor sendiri,” jawab Mita.
Caca menggeleng, lalu meraih lengan Mita. “Ih gak usah! Bareng kita aja,” ucap Caca.
Devano mengangguk. “Iya, bareng aja,”
“Nggak usah, Cha, gue—”
Tin! Tin!
Ucapan Mita terhenti karena suara klakson motor yang sengaja di bunyikan berkali-kali. Ketiganya sontak menoleh dan mendapati Riyan yang baru saja datang menggunakan motor sport-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATASYA
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH TAMAT] Bagaimana halnya, bila seseorang yang telah hadir lebih dulu itu kini datang kembali setelah pergi meninggalkan selama bertahun-tahun? Ini kisah tentang seorang gadis bernama Natasya Artalyta Syafira. Seorang gadis dengan par...