51 - Apartement Devano

321 11 34
                                    

NOTE : jika sudah berada di penghujung bab ini, jangan dulu di skip yaa. Di bawah sana aku sudah cantumin story chat Devano & Riyan. Semoga kalian sukaa💗

****

“Rumah ternyaman dari kerasnya dunia, that is your hug.” — Devano Prasandi

🥀

Dua hari sejak kepulangan Devano dari rumah sakit, kini pria itu sudah kembali membaik meskipun belum sepenuhnya pulih.

Sejak keluar dari rumah sakit, Devano memutuskan untuk tinggal di Apartement yang sudah lama tidak ia tinggali. Awalnya Kirana—Maminya itu melarang keras Devano tinggal sendiri, mengingat kondisinya yang belum begitu pulih membuat Kirana merasa khawatir pada anak semata-wayangnya. Namun dengan segala rayuan dan bujukan dari Devano akhirnya Kirana menyetujui permintaan anaknya.

Dan disinilah sekarang Devano berada, bersama seorang gadis yang sejak tadi sudah nangkring di sofa ruang TV apartementnya.

Devano menatap datar kearah Caca yang sejak tadi hanya diam dengan wajah garangnya.

“Kesini sama siapa?” tanya Devano pada Caca.

Awalnya Devano terkejut karena kedatangan gadis itu yang sangat tiba-tiba, padahal ia belum memberitahu gadisnya bahwa ia tinggal disini sekarang.

“Abang,” jawab Caca dengan nada ketus.

Devano menghela napasnya, lalu berjalan menghampiri gadisnya dan duduk di sampingnya.

Devano merangkul pundak Caca, namun dengan cepat gadis itu menepisnya, membuat Devano terkejut.

“Cha, kenapa sih?” tanya Devano berusaha memahami.

Caca menghadapkan tubuhnya pada Devano dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “Kenapa nggak bilang kalo sekarang tinggal sendiri?!” tanya Caca dengan nada marah.

Devano menghela napas, kini ia tahu apa masalahnya. “Aku baru aja pindah, Cha,”

“Ya kenapa nggak bilang sama aku!”

“Belum sempat, kemarin aku sibuk beres-beres disini,”

“Alasan!”

Devano memijit pangkal hidungnya. “Cha, aku belum pulih loh, jangan nyari ribut bisa?”

Caca melotot. Emosinya semakin meningkat, bukannya menenangkan pria itu justru semakin membuat moodnya memburuk.

“Ohh.. Jadi maksudnya Acha biang ribut, gitu?!”

Devano menghela napasnya, “Nggak gitu, sayang,”

“Nggak gitu apa? Terus apa maksudnya—hmph!”

Ucapan Caca terhenti karena Devano membungkam mulutnya dengan bibir pria itu. Caca memberontak, namun Devano mencengkram pinggangnya dengan sangat kuat agar Caca tidak bisa lepas dari jangkauannya.

Devano melepaskan tautan bibir mereka, lalu menatap Caca dalam. “Bisa diem, hm?”

Caca mendengus. Ia memukul dada Devano pelan. “Dasar nyebelin!”

“Habisnya marah-marah mulu,” ujar Devano dengan santainya, lalu menarik pinggang Caca dan memeluk gadis itu penuh kasih sayang.

i'm really miss you,” bisik Devano.

Caca membalas pelukan Devano sembari mengusap-usap rambut pria itu dengan lembut. “Baru juga dua hari nggak ketemu, udah kangen aja,” celetuk Caca yang membuat Devano langsung melepaskan pelukannya.

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang