33 - Holiday

381 14 23
                                    

HAI GUYS! APA KABAR? SEMOGA SEHAT SELALU YA^^

ALHAMDULILLAH AKHIRNYA NATASYA UPDATE LAGI!

MAAFKAN AKU YG SERING HIATUS INI:(

UDAH SIAP BACA PART 33?

SEBELUM BACA JANGAN LUPA UNTUK VOTE TERLEBIH DAHULU YAA, COMMENT DISETIAP PARAGRAFNYA JUGA OKAY!^^

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA💗

****

"Thank you for making me laugh and smile every single day since the day we met." — Devano prasandi

Devano menyandarkan tubuhnya di depan mobil. ia menghela nafas pelan, sudah satu jam ia menunggu Caca di halaman rumah gadis itu, namun gadis itu tak kunjung datang hingga membuat Devano merasa sedikit bosan.

Gadis itu berpamitan kepadanya untuk mengganti baju dan dandan terlebih dahulu, gadis itu berjanji hanya 5 menit untuk mempersiapkan dirinya. Namun sudah satu jam gadis itu belum muncul di hadapannya.

Apa selama itu perempuan ketika berdandan?

"Aduh sorry Kak kelamaan,"

Devano langsung menoleh saat mendengar suara seseorang yang sedaritadi ia tunggu. Ia terdiam sejenak, mengamati penampilan gadisnya dari atas sampai bawah.

"Cantik," gumam Devano setelah terdiam cukup lama.

Pipi Caca bersemu. Ia menundukan kepalanya, merasa malu dipuji Devano seperti itu. "Udah dong liatinnya, Acha malu tau—" cicit Caca membuat Devano terkekeh pelan.

"Ayo masuk," ajak Devano sembari mengulurkan tangannya kearah Caca.

Caca menerima uluran tangan itu, kemudian keduanya pun masuk bersama kedalam mobil milik Devano.

Setelah memasang Seatbelt, Devano mulai menyalakan mesin mobilnya dan mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah Caca.

"Udah izin?" tanya Devano kepada Caca.

"Udah kok," balas Caca "Kita mau kemana Kak?" tanya Caca. Pasalnya pria itu belum memberitahunya akan pergi kemana hari ini.

Devano tersenyum, sebelah tangannya terangkat mengelus puncak kepala Caca dengan lembut, "Liat nanti aja," jawabnya, membuat Caca cemberut. Merasa kesal!

"Ngapain manyun-manyun gitu, mau dicium hm?" goda Devano.

Caca melototkan matanya, kemudian melepaskan tangan Devano yang berada diatas kepalanya. "Dasar mesum!"

Devano terkekeh, "Bercanda, Cha," ucap Devano, "Tapi kalau mau dicium beneran nggak papa," katanya lagi, membuat Caca refleks memukul lengannya.

"Bisa diem gak?!" sentak Caca dengan pipi yang bersemu.

Devano tertawa, tawa yang tak pernah ia tunjukkan kepada siapapun selain Caca, gadis cantik yang kini berada disampingnya. Ia tidak pernah tertawa selepas ini kepada siapapun sebelumnya, ia hanya tersenyum tipis dan senyum itupun hanya ditunjukkan kepada Kirana—Ibunya.

Caca yang mendengar Devano tertawa pun lantas melebarkan kedua bola matanya. Suatu hal yang langkah sekali menurutnya. "OMG! SERIUS ACHA DENGER KETAWANYA KETOS GALAK?!" teriak Caca, gadis itu menampilkan ekspresi terkejut yang dibuat-buat. "WAW! IT'S AMAZING!"

Devano yang merasa diledeki itu lantas merubah ekspresinya kembali menjadi datar seperti biasanya. Ia berdehem pelan untuk menutupi rasa malunya.

Caca mendesah kecewa, "Yah gitu lagi ekspresinya,"

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang