56 - PELUK UNTUK PELIK

331 7 2
                                    

[Playlist🎶 : Percuma - Prinsa Mandagie]

“Dia itu bodoh karena rela ninggalin 80% dari diri lo, demi dapetin 20% dari diri orang lain yang gak ada di dalam diri lo.” — Ratna.

“Diam bukan berarti ini gak sakit. Gue diam karena ini memang udah terlalu sakit.” — Serenna.

🥀


Setelah menunggu kurang lebih satu jam, akhirnya semua makanan mereka siap di hidangkan. Sate barbeque dan makanan ala ala korean seafood itu sudah tersusun rapi di hadapan mereka yang sudah duduk melingkar.

“Selamat makan!” seru mereka bersamaan.

Satu persatu dari mereka mulai menyantap hidangan yang telah mereka buat. Caca mengambil satu tusuk barbeque lalu menuangkan ramen pada mangkuk kecil di tangannya. Ia menikmatinya dengan perasaan senang, senyum gadis itu tidak luntur sejak tadi, ia benar-benar menikmati malam ini.

Devano terus memperhatikannya dengan wajah datar, namun tatapannya serat akan makna. Hatinya berkata untuk mendekat, namun tubuhnya tak bereaksi apapun.

“Makan,” tepukan ringan pada pundaknya membuat Devano mengalihkan pandangannya pada Aldo.

Devano mengangguk, lalu memakan barbeque yang sejak tadi sudah berada di tangannya.

Aldo menyodorkan semangkuk ramen pada Devano, membuat pria itu terus menatapnya. “Dari Acha. Katanya lo suka banget sama ramen,” ucap Aldo.

Devano menatap ramen yang ada di hadapannya, lalu menatap Caca yang sedang asik berbicara dengan teman-temannya.

Devano menghela napasnya. Lalu memakan ramen itu. Caca meliriknya sekilas, ia tersenyum tipis karena Devano masih mau memakan makanannya. Lalu kembali mengalihkan pandangannya.

Caca sengaja mendiami pria itu. Memberi Devano ruang agar lebih tenang. Ia tidak marah. Ia tahu Devano butuh waktu untuk menyendiri, maka dari itu ia tidak ingin mengganggu.

Aldo menghela napasnya. Lama-lama jengah juga melihat dua pasangan ini yang saling diam. Padahal Aldo tahu betul, keduanya sama-sama tidak bisa berjauhan. Hanya saja Devano kehalang gengsi, hingga membuatnya jadi seperti ini.

“Kalo lagi ada masalah bilang. Kalaupun lo masih belum siap buat cerita, seenggaknya lo kasih tau Acha kalo lo lagi ada masalah. Gue yakin kok, adik gue itu pasti bakal ngerti. Bukannya malah lo diemin gini dan bikin dia bertanya-tanya,” ucap Aldo dengan tatapan lurus kedepan.

Devano menghela napasnya, ia menyadari kesalahannya.

“Sebenarnya lo kenapa?” tanya Aldo, kali ini pria itu menatap serius kearahnya.

“Gue cuma lagi pusing aja, banyak kerjaan. Gue juga lagi berusaha ngumpulin sesuatu tentang Nadia buat bikin dia jera, tapi apa yang gue dapet belum cukup. Gue juga nggak bisa ngebantu Riyan buat nyari tau tentang dia, tugas kantor numpuk banget dan gue nggak bisa lepas tanggungjawab gitu aja,” jelas Devano sembari memijit pangkal hidungnya.

“Gue ngerasa nggak berguna buat Acha. Disaat dia lagi kayak gitu, gue nggak ada. Dan sekarang gue malah nggak bisa ngelakuin apa-apa buat ngelindungin dia, gue bener-bener nggak becus jaga dia, Al.” sambung Devano dengan suara lirih.

“Gue mikir, dengan cara gue ngejauhin Acha untuk sementara waktu, dia bakal terhindar dari masalah. Nadia ngincer Acha karena gue. Orang itu nggak akan tinggal diam selagi Acha masih berada di dekat gue.” ucapnya. “Tapi, dengan tidak adanya Acha di sisi gue, itu malah bikin gue makin hancur dan gak berdaya. Tapi di sisi lain, gue juga nggak mau Acha dalam bahaya,” lanjut Devano sembari menunduk.

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang