42 - PART SPECIAL || Satu Hari Untukmu 2

379 9 41
                                    

[PERINGATAN! Baca semua dari awal sampai akhir ya. Jangan diskip okay!]

HALO GUYS! APA KABAR NIH?
SEMOGA SEHAT SELALU YA KALIAN SEMUA^^

GIMANA HARI-HARI KALIAN? SEMOGA SEMUA BERJALAN LANCAR DAN BAIK-BAIK AJA YA.

APAPUN YANG SEDANG DIUSAHAKAN SEMOGA DIBERI KELANCARAN DAN KEMUDAHAN UNTUK KITA SEMUA YAA! SEMANGAT<3

GIMANA TANGGAPAN KALIAN TENTANG BAB 41 KEMARIN? SERU NGGAK? ATAU GAK JELAS WKWKWK, SORRY YA GUYS KALO KURANG NGEFEEL:(

UDAH SIAP BACA PART 42?
JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA YA. JANGAN SIDERS!

BANTU SUPPORT CERITA INI OKEY! BISMILLAH BISA SAMPAI TERBIT AAMIIN^^

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA💗

****

“Tidak bisa lagi aku merangkai kata, intinya aku bersyukur dan aku bahagia.”

🥀

Devano merapikan bajunya setelah menutup pintu kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia menatap kesana-kemari namun tak mendapati Caca di dalam kamarnya.

Kemana gadis itu? Kenapa ia senang sekali menghilang seperti ini. Tidak bisakah gadis itu berdiam diri walau hanya untuk sebentar saja?

Sejak tadi mereka berdua asik mengobrol dan menceritakan banyak hal. Devano izin untuk ke kamar mandi sebentar, namun setelah kembali pria itu tidak menemukan Caca di dalam kamarnya membuat Devano kalap dan kebingungan mencari keberadaannya.

Devano melangkahkan kakinya kearah balkon saat mendengar suara seseorang di balkon kamarnya. Ia menghela nafas lega saat melihat gadisnya berdiri di dekat pembatas balkon kamarnya, gadis itu terlihat sedang ber-telponan dengan seseorang, ntah itu dengan siapa.

Devano menghampiri Caca kemudian memeluk tubuh gadis itu dari belakang membuat siempunya menoleh terkejut kearahnya.

“Siapa, hm?” tanya Devano, berbisik pelan di telinga Caca.

“Abang,” jawab Caca, kemudian kembali berbicara pada Aldo yang berada disebrang sana.

Cha, kamu udah ada janji loh sama Abang. Kamu lupa, hm?

Caca meringis, ia melupakan hal itu.

Caca berdehem pelan. “Hehe Acha lupa,” gumam Caca pelan, ia merasa sangat bersalah pada Aldo.

Devano yang mengerti arah pembicaraan keduanya lantas merebut ponsel Caca dari tangan gadis itu. Ia menatap Caca dengan lembut saat gadis itu menoleh tajam kearahnya.

“Hanya hari ini, biarin Acha sama gue dulu. Setelah itu Acha boleh sama lo, hanya seminggu. Tidak boleh lebih.” ujar Devano meminta izin pada Aldo. Setuju atau tidak setuju Devano tetap tidak akan membiarkan gadisnya pergi. Karena ia tahu, seminggu seterusnya ia tidak akan bisa bertemu dengan Caca karena gadis itu sudah ada janji untuk menemani Aldo dalam seminggu sebelum keberangkatan Aldo kembali ke Amerika.

Mereka berdua hanya bisa bertemu saat di sekolah saja dan itupun hanya untuk sekedar saling tatap saja. Mengingat hubungan mereka yang masih dirahasiakan.

Harusnya lo yang ngalah karena gue Abangnya. Kenapa jadi gue terus yang selalu ngalah sama lo?!” bantah Aldo di sebrang sana.

“Iya atau nggak sama sekali.” jawab Devano di iringi dengan geraman tertahan.

Aldo berdecak. “Iya udah oke. Tapi inget! Hari ini Acha nggak boleh pulang lewat dari jam 9!”

“Gue bakal jemput Acha jam 9 malam nanti.” lanjut Aldo.

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang