AN-2

9.4K 300 2
                                    

CAFE

"Eh, lo tau gak sii?" Gadis itu menepuk nepuk bahu Nadin.

"Tau apaan? Orang lo belum ngasih tau," Nadin hanya melirik sekilas dan kembali mengarahkan pandangannya didepan layar.

"AAAA.. BESOK!!!" tiba tiba Aluna teriak membuat Nadin terlonjak kaget.

"GUE KAGET!!" kesal Nadin sembari mengatur napasnya dalam dalam dan meminum jus yang ada disampingnya.

"Ini loh Nad, besok itu kita ada dosen pengganti nya Pak Alden. Dan dia sekaligus, Kepala dikampus kita!" seru Aluna memperlihatkan info yang berada diponsel miliknya.

"Terus?" heran Nadin terus fokus pada laptopnya.

"Kita bisa terhindar dari killer nya dia lah. Gilaa kali lo!"

"Cuma SEMENTARA," sarkas Nadin.

"Dan, dosen baru itu katanya ganteng. OMG! apalagi nih ya, dia tuh keren abisss. Tapi masalahnya, dia patung," lanjut Aluna mendeskripsikan sebagian dosennya itu.

"Kasian."

Nadin melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul 21.00 Nadin telah menyelesaikan tugas yang akan dikumpulkan besok.

"Udah malem nih. Gue gak bisa lama lama," ucap Nadin.

"Yaelah, anak rumahan."

"Emang lo bukan anak rumahan? Oh iya lupa, lo kan gelandangan." Aluna mengerucutkan bibirnya.

"Gue ketoilet bentar. Tungguin, pulang bareng hehe."

Nadin berlari kecil kearah toilet. Setelah selesai ia kembali.

"Udah nih, ayo cepetan." Nadin keluar dari cafe bersama Aluna.

"Nad, mau sampai kapan lo suka sama Aksa?" tanya Aluna sembari menyetir.

"Gak tau," jawabnya.

"Lo gak ada niatan berhenti suka gitu?"

"Kok lo ngomongnya gitu? ya kita lihat aja kedepannya kayak gimana."

Nadin menatap heran kepada Aluna yang sudah menjadi sahabatnya selama 5 tahun itu.

"Gak mau mampir dulu?"

"Gak dulu deh Nad, gue langsung pulang aja," ucap Aluna kini sudah sampai didepan rumah Nadin.

"Oh yaudah kalo gitu. Hati hati, jan ngebut lo," seraya melambaikan tangannya karena perlahan jejak nya mulai menghilang. Ia pun memasuki rumahnya.

"Nadin Pulang!!" seru Nadin menaiki tangga rumahnya.

Nadin merebahkan tubuhnya diatas kasur nya yang empuk.

"Kok sepi ya?" tanya Nadin yang sedari tadi tidak mendengar siapapun yang ribut.

Nadin mengganti pakaiannya dan lanjut untuk tidur. Ia tidak boleh terlambat besok.

—————————

"Nak, kamu sudah pulang?" tanya Mama Alvano yang melihat anaknya memasuki ruang keluarga.

"Tumben pulangnya cepet. Ada masalah?" tanya Papanya.

Alvano menggeleng pelan. "Tidak ada masalah, semuanya berjalan lancar seperti biasanya. Ini cuma kecapekan," Alvano memijat keningnya karena merasa sedikit pusing.

"Mama kan udah bilang, kamu cepet cari calon istri biar ada yang ngerawat kamu kalo lagi sakit."

"Mama jangan memaksa seperti itu," ucap Papa memperingatkan Mama agar tidak mengatakan hal yang menambah beban pikiran Alvano.

"Al mau istirahat," ucapan sang Mama tak ditanggapi oleh Alvano. Karena itu hanya menambah sakit dikepalanya.

—————————

Nadin berjalan menelusuri koridor kampusnya. Ia melihat sang pujaan sedang berjalan mendekatinya.

"Sibuk gak?" tanya Aksa.

"Emm, dikit sii. Emang kenapa?" Nadin memang sibuk seharian, tetapi jika mengenai hal untuk Aksa pun ia bisa meluangkan waktunya.

"Minggu depan dateng kepesta ulang tahun gue. Gue harap lo gak lupa, gua tunggu kedatangan lo" Aksa pun memberikan undangan berlalu meninggalkan Nadin.

Nadin merasa Aksa perlahan berubah. Tidak seperti dulu, ia rasa Aksa mulai bosan dengannya. Dari cara bicara, gerak geriknya, dan raut wajahnya. Tidak biasanya ia datar pada Nadin, selalunya ia pasti tersenyum. Tapi, ini tidak.

"Perasaan gue aja kali ya, tapi apa guna nya gue mikirin itu, lagian gak ada hubungan apa apa." Nadin mulai menghilangkan prasangka buruknya pada Aksa.

Tak lama setelah itu, Aluna pun muncul dengan senyumnya.

"Nad, Ayo masuk! Malah begong disitu."

Nadin kembali fokus dan melanjutkan jalannya kearah kelasnya. Ia duduk disamping Aluna.

"SELAMAT PAGI."

Suara bariton itu menggema didalam kelas. Semuanya melirik kemudian melongo tak percaya, dengan rahang yang tegas, raut wajahnya yang datar menambah ketampanannya dan bisa dikatakan SEMPURNA.

"SELAMAT PAGI PAK!" seru semuanya memberi salam.

"Perkenalkan saya Alvano Addison Wesley sekiranya kalian sudah tau siapa saya. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi." katanya dengan pandangan yang tak lepas pada seorang gadis, Nadin.

"Bentar deh bentar," Nadin berusaha mengingat ingat.

"WHAT!!! dia kan yang nabrak gue mulu, terus dia d-dosen gue?! Huhuhu mama mati nih gue mana dulu sempat teriakin dia lagi." batin Nadin menepuk jidatnya dan sedikit menunduk kala tatapan Alvano terus menatap dirinya.

Nadin terus meruntuki dirinya. Ia berharap Alvano tidak mengingat kejadian itu lagi.

30 Menit kemudian....

"Kamu, kumpulkan semua tugas dan bawa keruangan saya sekarang!"

Alvano menunjuk Nadin membuat gadis itu membelalakkan matanya.

Saatnya istirahat dan menuju kekantin, beda halnya dengan Nadin yang ragu untuk mengetuk pintu ruangan Alvano.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk!" teriak Alvano yang kini duduk disofa ruangannya.

Nadin sedikit menunduk, lalu berjalan mendekati Alvano.

"Ini Pak, tugas tugas mereka sudah saya kumpulkan."

Alvano menatapnya terus menerus membuat Nadin mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Kalo ngomong sama orang itu, orangnya ditatap. Gak sopan."

"Maaf Pak," Nadin memberanikan diri untuk menatap Alvano. Ia meletakkan buku itu diatas meja karena tangannya yang sudah pegal.

"Saya boleh keluar kan Pak?" izin Nadin takut jika Alvano mencap nya lagi sebagai orang yang tidak sopan.

Alvano mengangguk.

"Saya ke kelas dulu Pak." Nadin tersenyum dan berjalan meninggalkan ruangan Alvano menuju Kelasnya.

"Dasar Aneh!" gumam Alvano menatap pintu yang kini sudah tertutup seperti semula.

——————————

Wahh, harus Vote:)

Jangan Lupa Vote🌟

Ayo! Vote biar cepet Up lagi❤

Ikutin terus cerita selanjutnya, okeeee

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang