AN-46

2.4K 96 3
                                    

Drrt... Drtt..

Ponsel diatas meja berdering begitu nyaring. Memang seperti disengaja, Nadin melirik ponsel Alvano dan melihat nomor baru yang menelpon. Awalnya ia tidak tertarik untuk mengangkatnya, namun ponsel itu terus berdering.

"Halo, ini siapa ya?!" ucap Nadin tidak sabaran.

"Halo, kamu yang siapa? Ini benar nomor Al kan?"

"Saya tanya kamu siapa? Dan kenapa kamu bisa tau nama itu?" tanya Nadin perasaan yang tau nama itu cuma dia dan Alvano. Karena nama itu panggilan masa kecil Alvano.

"Malam nanti aku ingin menyuruh dia datang untuk makan malam sekalian bertemu dengan orangtuaku, tolong sampaikan ya? Kalau begitu aku tutup,"

Nadin terpaku ditempatnya. Bertemu dengan orangtuanya? Apa maksud dari semua ini? Oh sayangnya Nadin tidak akan percaya, tapi bagaimana kalau yang dikatakan wanita itu benar. Nadin tidak mau berprasangka buruk terhadap Alvano, ia tau suaminya itu orang seperti apa.

Tapi, mengingat perlakuannya tadi yang tiba tiba tidak peduli, Nadin menjadi sesak dan mengeluarkan air matanya. Bertepatan dengan masuknya Alvano, sepertinya selesai meeting.

Apakah Alvano berubah secepat itu? batin Nadin.

Nadin menghapus air matanya dan memilih untuk diam. Saat melihat Alvano duduk didepannya mengambil ponsel, ia berdiri dari duduknya lalu masuk kedalam ruangan pribadi, kamar mereka berdua jika sedang lelah.

Alvano mengusap wajahnya kasar dan menghela napas gusar. Melihat Nadin yang seperti tadi, membuat Alvano merasa bersalah. Kalau bukan karena itu, Alvano tidak akan mau menuruti mereka.

Alvano memasuki kamar dan melihat Nadin yang sudah tertidur dengan sisa air matanya. Oh God! Alvano tidak tega. Ia menutup pintu itu dan kembali bekerja.

Tak terasa sudah menunjukkan pukul 17.00 ia harus menjemput Arsen pulang sekolah. Alvano memakai jasnya dan beres beres berkas, lalu saat ingin memasuki kamar, Nadin sudah keluar terlebih dahulu. Terlihat mata sendu itu tersenyum padanya, dan mendekatinya.

"Ayo, Arsen sudah menunggu" ucap Nadin berjalan mendahului Alvano.

Didalam perjalanan mereka saling terdiam dan bertengkar hebat dengan pikiran mereka sendiri. Nadin tidak mengucapkan apapun, padahal wanita itu sering sekali mengajak Alvano berbicara.

"Kalau dia benar benar pergi keacara itu nanti malam, aku akan benar benar pergi sekarang." batin Nadin.

Sampailah mereka digedung sekolah itu. Arsen melambaikkan tangannya pada Daddy dan Mommy nya yang sudah setia menunggu didepan gerbang.

"DADDY!! MOMMY!!" teriaknya ceria.

•••

• MANSION WESLEY

Hari sudah gelap. Sebelum Alvano masuk kedalam kamar, Nadin langsung berbaring untuk berpura pura tertidur. Ia mendengar jejak kaki Alvano yang memasuki kamar mandi.

Apakah tidak ada ciuman sehabis ia berenang?

Astaga itu bukan Alvano!

Kenapa dia tiba tiba menjadi seperti tidak peduli?

Nadin menyembunyikan wajahnya didalam selimut saat mendengar jejak kaki keluar dari kamar mandi dan memasuki walk in closet. Nadin masih menunggu apa yang akan dilakukan Alvano.

Parfum menyeruak dipenciuman Nadin. Sial! Kemana sebenarnya dia akan pergi, Nadin heran karena sedikit mengintip dari balik selimut ia melihat Alvano sedang memakai jas hitamnya.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang