AN-42

3.3K 95 0
                                    

Sepasang suami istri terlihat masih saling berpelukan dalam tidurnya. Pelan pelan Nadin membuka matanya, karena cahaya menelusuk dibalik tirai jendela kaca full itu. Ini yang selalu dia impikan, melihat wajah suaminya ketika bangun tidur.

Ah Nadin jadi mengingat pertemuan pertama nya dengan Alvano. Ia senang, apalagi setelah tau Alvano adalah teman sekaligus pahlawan yang pernah menyelamatkannya keluar menuju hutan yang lebat itu.

"Ada yang salah dengan wajahku, sayang?" suara serak khas bangun tidur dari Alvano membuyarkan lamunan Nadin.

"Sudah bangun ternyata," ucap Nadin menyugar keatas rambut Alvano sehingga dahi rata nya terlihat.

Alvano mencium bibir Nadin sebentar, dibalas Nadin membuat Alvano tersenyum senang. Senyuman itu! Sangat mempesona.

"Morning kiss, honey." bisiknya lembut lalu bersandar dikepala ranjang dan kembali menarik Nadin kedalam pelukannya. Ia tidak bisa melepaskan istrinya itu walaupun sebentar.

Jangan salahkan! Alvano memang sudah tergila gila dengan wanitanya, sejak dulu. Tentu saja Alvano tidak akan melepaskan miliknya.

"Al, aku ingin pergi ke minimarket," ucap Nadin bersandar didada bidang Alvano.

"Ingin berbelanja? Aku akan menyuruh pelayan pergi—"

"Aku hanya ingin kita saja, kenapa harus mereka?"

Alvano menatap mata indah itu dari bawah dan mengecup pelipisnya. "Aku hanya tidak ingin kamu lelah, sayang" balasnya lembut.

"Apalagi semalam kita baru saja—" pukulan dilengan Alvano membuat ia menghentikan ucapannya lalu tertawa pelan. Ia tau Nadin malu sekarang.

"Tidak usah membahasnya juga!" kesalnya menatap tajam Alvano yang mengecup pipinya dengan gemas.

"Lagipula kenapa harus malu, hm? Kita bahkan sering melakukan—" kali ini Nadin melempar bantal kewajah Alvano dan mendengus kesal.

"Tetap saja!" ucap Nadin cepat dengan sedikit merengek.

Alvano menghentikan tawanya lalu berhenti membuat istrinya itu kesal.

"Okay, Let's go baby" ajak Alvano menggendong Nadin ala bridal style. Ia tau alasan kenapa sedari tadi Nadin tidak turun untuk mandi, ternyata sakit akibat semalam.

"Tidak usah menggendong ku segala! Aku bisa berjalan sendiri!" pekik Nadin masih kesal dengan Alvano.

"Benarkah? Kalau begitu aku turunkan saja," ucap Alvano menurunkan Nadin didepan meja rias.

"Let's go baby," balas Alvano berjalan duluan menuju kamar mandi. Belum sempat masuk kedalam, Nadin kembali berteriak.

"Aku akan marah padamu!" teriaknya. Padahal ia tidak ingin diturunkan, ia hanya berkata seperti itu karena kekesalannya.

"Hey, aku tidak bersalah sayang" ucap Alvano tidak terima lalu berbalik lagi mendekati Nadin.

"Meninggalkan ku disini? Itu kesalahannya! Ayolah aku tidak bisa bergerak!" rengek Nadin pada ucapan terakhirnya.

"Kamu yang minta turun, honey."

Alvano menahan senyumnya saat melihat ekspresi Nadin berubah menjadi masam. Oh God! Mata nya memerah menahan tangis, melihat itu Alvano langsung menggendong nya kembali lalu mengecup pelipis mata Nadin.

"Don't cry, honey." ucapnya membuat Nadin tersenyum kemenangan.

"Ternyata, kamu hanya berpura pura. Supaya aku kasihan, begitu?" tanya nya dengan yakin sambil terus berjalan menuju kamar mandi. Wajarlah, kamarnya sangat luas.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang