AN-4

7.1K 267 1
                                    

Nadin terus berlari menelusuri koridor kampus nya. Ia takut, sangat! Waktu nya tidak banyak lagi, 2 menit lagi ia masuk kelas.

Dilihat nya ia berpapasan dengan Alvano, yang kebetulan akan mengajar dikelasnya.

"KAMU TERLAMBAT!!" ucap Alvano yang kini sudah berdiri didepan pintu kelas.

"Yaelah Pak, tinggal sejengkal doang! Ya Pak, ya, please deh Pak. Besok besok nggak lagi," ucap Nadin dengan wajah memelas nya.

Pasalnya ia juga sudah berada didepan pintu, selangkah lagi. Tapi bukan Alvano nama nya kalau tidak sedang merencanakan sesuatu.

"Tidak ada alasan. Setelah matkul ini selesai, keruangan saya!"

"Pak, masa saya dibiarin diluar. Nanti kal--" belum sempat Nadin menyelesaikan ucapannya, Alvano langsung menutup pintu dan kembali mengajar.

Mengingat tingkah Nadin yang berusaha meyakinkan dirinya, membuat ia tersenyum.

"WAH PAK ALVANO SENYUM!!!" seru salah satu siswi. Semua nya menoleh, dengan cepat Alvano mengembalikan raut wajahnya seperti semula dan menatap tajam.

"Apa yang kalian lihat? Kembali kerjakan tugas!" ucap Alvano tegas.

Menit demi menit berlalu, semua nya menuju kantin.

"Nadin! Lo dipanggil Pak Alvano sana gih!" ucap Elin menghampiri Nadin yang sedang memakan makanannya.

"Males gue!" ketus Nadin.

"Katanya kalo lo gak dateng dalam 5 menit, nilai lo bakalan han---"

"CUR!!!" lanjut Nadin. Kemudian berlari menuju ruangan dosennya.

Nadin langsung mengedor ngedor tanpa rasa takut sedikitpun.

"Masuk!" ucap Alvano agak sedikit teriak.

"Ada apa Pak?" tanya Nadin.

Alvano melirik Nadin dan melihat jam ditangannya. 5 menit sudah berlalu, itu artinya Nadin terlambat lagi.

"Kamu sudah terlambat 2 kali hari ini Nadin."

"Maaf Pak. Lagian ruangan bapak juga jauh, gak mungkin saya sampe nya cepet."

Alvano melayangkan tatapan tajam nya dan menyuruh Nadin untuk duduk.

"Salahkan ruangan saya kejauhan atau kamu yang terlambat?"

"Iya deh Pak, saya yang salah. Jadi, mana hukuman saya?" ucap Nadin.

Nadin menghela napas nya kasar. Ia memutar bola matanya jengah, jika sudah berbicara dengan Alvano, mau tak mau ia harus mengalah.

Alvano beralih menatap Nadin.

"Cepetan Pak. Lama deh," ucap Nadin.

"Kerjakan ini."

Alvano menyodorkan beberapa berkas berkas untuk ia berikan pada Nadin.

"Yaudah Pak, saya permisi."

Saat ingin berdiri dari duduknya, Alvano ikut berdiri dan meraih pergelangan tangan Nadin agar berbalik mengarahnya.

"Emang saya sudah nyuruh kamu keluar?" tanya Alvano menatap manik mata Nadin.

Nadin menggeleng pelan. Jujur, ia juga gugup dengan posisi yang berdekatan seperti ini.

"Gila! Ganteng banget nih dosenku, lo gak boleh puji dia Nad, dia kan ngeselin!" ucap Nadin dalam hati.

"Duduk disana, dan kerjakan."

"Pak?" ucap Nadin dengan hati hati.

"Hm?" belum juga apa apa udah singkat ae.

Nadin melirik kearah tangannya yang masih belum terlepas dari tarikan Alvano.

"Tangan saya Pak," ucap Nadin.

•••

Pukul 17.00

Sepulang dari kampus, ia melihat Mama nya dan juga beberapa Bibi sedang berkutat didapur.

"Sayang, nanti kita kedatangan tamu spesial. Kamu siap siap sana, jangan lupa dress nya dipake yah sayang!!" ucap Mama dengan sedikit teriak.

"Iyaaa Mah!!"

Nadin terlihat cantik memakai dress nya. Ia pun turun kebawah untuk menyapa tamu spesial, kata Mama nya.

"Malam Tante, Om" ucap Nadin menyalimi pasangan yang sudah hampir menua.

"Eh ini kamu?" tanya wanita itu.

"Iyaa Tan---"

"Bunda aja sayang," lanjut nya.

"Eh, iya Bunda."

"Anak kamu mana sih Yah!?" tanya Bunda sedari tadi ia pusing melihat anaknya yang bolak balik menerima telepon. Tak lain, ia gila kerja.

"Bentar lagi," lanjut Ayah.

Nadin pun tak mengerti apa maksud dari semua ini, ia menepis pikiran negatif nya. Ia pun menunggu siapa sebenarnya tamu spesial itu.

"Maaf, tadi ada telepon dari klien."

Semua nya mengalihkan pandangan kearah nya. Namun, Nadin masih nyaman saat terus menunduk.

"Gapapa sayang," ucap Mama pada Alvano.

"Heh!?" ucap Nadin dalam hati.

"Nadin, nunduk terus. Ayo atuh dilihat," ucap sang Papa.

Saat Nadin berhasil menatap nya. Seketika Nadin ingin berteriak, bisa bisa nya ia bertemu dengan sialan lagi.

Nadin menatap Papa nya dengan maksud ingin menjelaskan apa ini. Dan mengapa dosennya ada disini, hm benar. Dia, Alvano yang mendatangi rumahnya.

"Maksud nya apa sih Pah?" tanya Nadin menatap Papa nya.

"OKE. Jadi, langsung saja. Papa ingin menjodohkan kamu dan menikahlah dengan Alvano."

"Ayo, sayang. Dijawab," pertanyaan Mama dan Bunda nya pun semakin membuat Nadin gugup serta tatapan Alvano yang tak lepas dari penglihatannya membuat ia tersiksa.

"Nadin ngikut Pak Alvano aja,"

"Saya dari awal sudah setuju." Akhirnya Alvano turut membuka suara diperjodohan kali ini.

Jawaban itu membuat Nadin tercengang dan melotot kearah Alvano. Nadin mengira, Alvano akan menolak sesuai dengan keinginan hati nya.

"Wah gak bener nih!"

"Alhamdulillah." ucap orangtua itu dan mereka pun kembali berbincang bincang.

"Acara pernikahan nya akan diadakan besok lusa." ucap Papa kembali membuat Nadin merasa kesal.

"Bisa diundur lagi gak Pah? Gak cepet banget tuh?" tawar Nadin.

"Gak bisa sayang," ucap kedua wanita paruh baya itu.

"Lagian pernikahan kalian udah direncanakan dari jauh jauh hari. Dan apa salahnya, semuanya juga sudah disiapkan."

Alvano ikut mengangguk. Nadin yang melihat itu seperti menagih apa yang tidak ia ketahui.

"Jadi, lusa kan acara nya?" tanya Ayah memastikan.

Nadin mengangguk. Setelah itu, tak terasa tangannya ditarik Alvano menuju taman belakang.

"E-ehh," pekik Nadin.

•••

Harus Vote!!😠🌟

Mwehehehe, Ayo di vote biar cepet Up lagi!!

Bye, Muaaah

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang