AN-9

5.3K 174 0
                                    

Setelah sampai. Nadin kini berada dikamar Elin, ya mungkin hanya sekitar beberapa hari saja. Ia tidak mau Alvano melarang nya jika ia harus pergi ke acara ultah Aksa.

Kini mereka tengah bercerita masing masing menjadi pendengar yang baik.

"Gue sih setuju sama Pak Alvano!" ucap Elin saat mendengar penjelasan Nadin.

"Heh! Aksa orang nya baik, gak mungkin dia orang yang aneh aneh!" ketus Nadin membela Aksa.

Elin memutar bola matanya malas. Ia rasa sahabatnya ini sudah terhipnotis oleh Aksa itu.

"Gue gak bermaksud mau ikut campur atau apa, tapi lo harus percaya sama suami lo. Apapun itu, pasti dia ngelakuin yang terbaik buat lo, tapi elo nya yang ngebuang Pak Alvano," lanjut Elin.

Nadin menatap Elin dengan tajam. Dan menghela napas kasar.

"Tapi dia nuduh Aksa!" sarkas Nadin.

"Bisa aja itu bukan tuduhan, secara kan suami lo bisa ngelakuin apa aja, apalagi cuma buat dapetin info segitu doang mah, Kecil." ucap Elin.

"Terserah. Gue males, mau tidur. Besok temenin gue beli kado," ucap Nadin membelakangi Elin dan tertidur. Elin hanya geleng geleng kepala dibuatnya.

+62*********** is calling

"Maaf, siapa ya?" tanya Elin menerima telepon malam malam begini.

"Nadin sama kamu kan?" ucap Alvano to the point.

"Hah? Ah-eh, itu.. Anu, maksudnya gak sama saya Pak," ucap Elin berbohong.

"Jangan coba-coba berbohong!" ucap Alvano dengan lantang.

Elin tersentak kaget sembari mengelus dada nya yang hampir jantungan. Berurusan dengan Alvano bisa menyebabkan hidup sengsara. Tapi tidak mungkin Alvano melakukan itu pada sahabat oleh istri yang ia cintai.

"Sebelumnya Maaf Pak, saya beneran gak tau."

"Saya cuma mau tau, 'iya' atau 'tidak' ?" tanya Alvano.

"Iya Pak, maaf ya pak, ya.." ucap Elin meminta maaf karena telah berbohong.

"Saya kesan-"

"GAK USAH PAK!!! Eh maaf pak," bentak Elin yang tersadar akhirnya ia meminta maaf lagi, dan lagi.

"Saya janji. Saya bakalan jaga Nadin, dia baik baik aja kok Pak." ucap Elin meyakinkan Alvano. Bagaimana pun, ia sudah berjanji pada Nadin agar tidak bertemu dengan Alvano beberapa hari. Nadin tidak mau melihat Alvano, ia masih kesal.

KLIK.

Diseberang sana, Alvano memutuskan panggilannya dan melempar ponselnya dengan asal. Malam ini keluarga akan datang, dan Nadin tidak ada diacara penting ini.

Alvano tidak jadi pergi, ia tidak ingin istrinya dicap buruk didepan keluarga, apalagi jika orang tua Nadin tau. Ia pun kembali keruang kerjanya dan memulai kesibukannya.

Aneh rasanya tanpa Nadin.

•••

"Lo mau beli kado apaan sih? Lama banget milih nya," kesal Elin.

Ya, mereka sedang berkeliling mall mencari kado untuk Aksa. Elin sudah memilih kado nya, tersisa Nadin yang masih ragu dengan kado yang ia pilih.

"Menurut lo apa yang cocok gitu buat dia?" tanya Nadin.

"Boneka Anabelle!" seru Elin.

"Serius lah," ucap Nadin.

"Yaudah lo aja yang milih, udah tau gue gak demen sama tuh curut!" lanjut Elin.

"Yang ini aja deh."

Setelah lama nya memilih kado untuk Aksa, mereka pun memutuskan untuk pulang.

Sesampainya dirumah Elin, mereka berjalan kearah kolam renang yang berada di belakang rumah Elin.

"Semalem Pak Alvano nelpon gue," ucap Elin membuka pembicaraan.

"Hah?" ucap Nadin kurang mendengar Elin karena sibuk bermain ponsel.

"SUAMI LO!!!" lanjut Elin mengencangkan suaranya tepat ditelinga Nadin. Membuat Nadin terkaget.

"Biarin aja," ucap Nadin sembari menatap kosong kearah kolam renang.

"Saran gue sih, tinggalin si Aksa, lagian dia juga gak jelasin hubungan yang jelas kan? Sedangkan lo udah punya suami dirumah, setia nungguin lo pulang." ucap Elin menatap Nadin.

Nadin menghela napas pelan dan terdiam. Ia belum memikirkan semuanya.

"Besok ulang tahun Aksa, gue harap gak ada yang ngerusakin momen," ucap Nadin kemudian masuk kedalam rumah.

•~•

Disinilah Alvano diruangan CEO nya. Baju nya dinaikkan sebatas lengan, dasi yang sudah hilang entah kemana, baju yang kancing nya sedikit terbuka, sembari menatap foto yang ada dimeja nya.

"Ayo, pulang." lirih Alvano dengan perasaan yang sedih.

Setelah beberapa hari Alvano terus merasa kesepian. Ia ingin menjemput Nadin dirumah Elin, tapi Nadin sedang tidak ingin berbicara dan bahkan tidak ingin menatap Alvano. Untuk sementara ini, Alvano membebaskan Nadin, tapi tidak dengan pengawasannya. Ia melanjutkan untuk mengawasi Nadin, kemana pun ia pergi.

"Van, diluar ada Karin." ucap Arga menerobos pintu ruangan Alvano. Ya, Arga sekretaris Alvano.

"Jangan biarkan dia masuk kesini!" ucap Alvano memerintah.

"Tapi dia-"

"Hai Alvano!" seru nya memotong ucapan Arga.

Ya, dia adalah Karin. Wanita yang selalu mengejar ngejar Alvano. Alvano dibuat risih olehnya.

"Do you miss me?" ucap Karin.

Alvano terdiam. Bahkan ia tidak menatap wanita yang ada didepannya yang sedang berjalan lenggak lenggok, membuat Arga bergidik ngeri.

"Arga, bawa dia keluar." ucap Alvano tanpa menoleh.

Kemudian Arga menarik paksa lengan Karin agar mau keluar dari ruangan Alvano.

"TUNGGU PEMBALASANKU!" teriak Karin saat satpam dan lainnya menyeret Karin keluar dari ruangannya.

"Apa jadwalku hari ini?" tanya Alvano.

"Hanya ada beberapa berkas yang perlu anda tanda tangani, selebihnya sudah kosong," balas Arga menyerahkan berkas berkas yang akan ditanda tangani Alvano.

"Gak usah formal gitu juga kali," ucap Arga menyadari mereka hanya sedang berdua.

"Lo yang sok formal!" ketus Alvano.

"Oh iya, si cantik mana?" tanya Arga pada Alvano.

Alvano melirik Arga dan menghela napas berat. Tersirat tatapan kesedihan tepat dimata nya. Alvano menggeleng sebagai jawaban.

"Maksud lo apa?" tanya Arga kebingungan.

"Dia gak mau ketemu sama gue, dia kabur," jawabnya.

"Kabur? Kapan? Terus dia dimana? Udah pulang belum? Kalian ada masalah? Berantem?"

"Nanya nya tuh satu satu, kebiasaan." ucap Alvano yang diberi banyak pertanyaan.

"Yaudah lanjut, gue yakin lo gak lupa apa yang udah gue tanyain tadi," balas Arga.

"Nadin kabur, gue udah tau sebelum dia kabur dari rumah. Dia dirumah Elin, sahaba-"

"SERIUS LO?!" ucap Arga memotong ucapan Alvano.

"Serius lah. Terus semalem gue nelpon sama Elin, mahasiswi dikampus gue. Katanya Nadin gak mau ketemu sama gue, jadinya gak jadi jemput dia," lanjut Alvano.

"Elin?" tanya Arga.

Alvano mengangguk.

"ITU PACAR GUA WOY!!!" ucap Arga menggelengar diruangan Alvano.

•••

Thanks All, luv!

Jangan Lupa Vote Dan Komen Sebanyak Banyak nya yya!<3

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang