AN-12

6.2K 205 0
                                    

Ayo Vote!

•••

Saat berbalik, Nadin mendapati orang yang kini tepat berada didepannya. Ia bersikap biasa saja, dan menatap gadis didepannya. Ya, dia Aluna.

"Ada apa?" tanya Nadin. Mulut Aluna menganga saat Nadin berbicara formal kepadanya. Ia akui ia salah.

"Maafin gue soal kemarin," ucap Aluna sedikit menunduk.

"Ya, gapapa" ucap Nadin dengan senyum yang dipaksakan.

Nadin tersenyum sinis dan menatap Aluna tanpa ragu.

"Gue cuma gak nyangka lo bisa kayak gini. Haha, moga langgeng. Gue doa'in yang terbaik buat lo, jangan pernah nyariin gue lagi, bukan nya benci,karena gue udah males akrab sama lo. Dan yang harus lo inget dikepala lo, kalau PERSAHABATAN KITA UDAH PUTUS!!!" lanjut Nadin diakhiri satu tarikan napas.

Meski itu adalah kata yang berat ia katakan, tapi Nadin tidak ingin lagi mencari masalah. Ia hanya ingin fokus dengan rumah tangga nya saja dan berusaha menjadi istri yang baik untuk Alvano.

"Tapi Nad, gue bisa kok tinggalin Aksa demi lo, gue mau asal lo mau jadi sahabat gue lagi. Gue gak mau kehilangan lo Nad, disatu sisi gue sayang sama Aksa, dan gue juga sayang sama lo," ucap Aluna.

"AMBIL AJA. GUE UDAH PUNYA SUAMI YANG LEBIH SAYANG SAMA GUE!" ucap Nadin meninggalkan Aluna yang terdiam ditempatnya.

Nadin masuk kedalam mobil dan tak terasa air mata nya jatuh. Pak Wawan melihat itu, dan langsung melaporkannya pada Alvano, tanpa sepengetahuan Nadin.

"Jalan pak," ucap Nadin berusaha menetralkan suara nya dan menutup pembatas mobil agar tangisan nya tak dilihat Pak Wawan.

"Bahkan orang terdekat pun bisa saja berkhianat!" batin Nadin.

•••

Di lain tempat, Alvano mendapat laporan dari supir pribadi Nadin yang sudah ia tugaskan untuk menanyakan kemana saja Nadin saat ia tidak mengawasi nya.

Ternyata, Nadin menangis saat baru saja memutuskan persahabatannya.

"Sekarang dimana Nadin?" tanya Alvano disambungan telepon.

"Dia menutup pembatas mobil tuan, tapi saya melihatnya menangis, karena baru saja memutuskan persahabatan nya." ucap Pak Wawan.

"Baiklah. Kembali lakukan tugasmu dengan baik!" ucap Alvano mengakhiri teleponnya.

Alvano baru saja menyelesaikan meeting nya dengan klien penting. Dan saat keluar dari ruangan nya, ia mendapat kabar jika Nadin menangis karena telah memutuskan persahabatan nya.

"Arga, Elin gak ngabarin lo?" tanya Alvano yang duduk disebelah Arga.

"Ini gue lagi dikabarin," balas Arga menatap ponselnya membalas pesan pesan dari Elin.

"Kenapa?" lanjut Arga menanyai Alvano.

"Suruh kerumah gua gih, Nadin nangis. Pasti butuh hiburan, mungkin dengan ada nya Elin disana, Nadin gak sedih lagi. Cepetan suruh Elin kesana!!" ucap Alvano.

"Kata nya ntar malem baru bisa dateng kerumah lo, soalnya dia nemenin Mama nya belanja," balas Arga.

Ya, Elin memang akan pergi ke mansion Nadin setelah selesai berbelanja dengan Mama nya.

"Oh, bagus lah. Bilangin juga, Jagain Nadin," lanjut Alvano.

Arga memutar bola mata nya jengah, yang sedari tadi mendengar kekhawatiran Alvano pada Nadin.

"Iyeee...iyeee!!!" ucap Arga merasa kesal.

•••

Sesampainya Nadin dimansion, ia langsung masuk kedalam rumah, tapi sebelum itu ia menyuruh Pak Wawan untuk memasukkan barang belanjaan.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang