HAPPY READING
•~•
Hari Pernikahan mereka telah dilaksanakan. Acara yang mewah.Semuanya berjalan lancar tanpa ada gangguan apapun. Tapi, Nadin meminta pada Alvano agar tidak menyebarkan nya dikampus. Ia hanya mengundang para teman temannya, termasuk Elin. Selebihnya keluarganya, rekan rekan kerja, dan orang orang yang berkunjung.
Sekitar 1 jam yang lalu, acaranya telah selesai. Mereka kembali ke kamarnya dan beristirahat.
"Awas aja kalo bapak nyebarin berita tentang pernikahan ini dikampus!" ketus Nadin seperti biasa, ia hanya akan menatap Alvano sinis dan merasa jengah disamping lelaki yang sudah 'SAH' menjadi suaminya.
"Kenapa?"
"Saya gak mau orang orang tau tentang kita. Lagian ini kan juga saya kepaksa, cepat atau lambat saya akan ceraikan bapak," jawab Nadin dengan entengnya. Tanpa melihat Alvano yang menatap penuh amarah kepadanya.
Alvano menghela napas pelan dan beralih menatap Nadin.
"Tidak mau diketahui orang orang dikampus, atau tidak mau diketahui Aksa Sanjaya Wijaya, hm?"
PRANG!!!! runtuh sudah pertahanan Nadin. Ia menunduk, ia juga tidak tau mengapa ia menyukai Aksa yang sama sekali tidak mengerti dengan perasaannya. Semacam dighosting maybe.
Dan soal nama lengkap dari Aksa itu, Alvano telah menemukan semua informasi nya, dan itu akan mempermudah Alvano untuk membuat Nadin percaya, jika Aksa bukan lelaki yang benar.
Nadin terus diberi harapan dari Aksa tanpa tau itu hanyalah harapan palsu. Aksa juga tidak pernah mau memperjelas hubungannya. Nadin pun ikut bingung dan terus menagih keseriusan yang akan Aksa berikan.
"Argh!! Yang jelas aku tetap mencintainya," batin Nadin.
"Baiklah. Saya tidak akan mengatakannya pada siapapun, tapi jika kamu berani menceraikan ku, akan aku pastikan, siapapun dia. Dia harus berurusan denganku, karena telah membuat gadisku jatuh cinta pada, orang yang salah." ucap Alvano dengan sedikit miris dan kali ini ia berhenti menatap Nadin.
"Dan ya, aku pastikan kau tidak akan menceraikan ku, Sayang" lanjut Alvano meninggalkan Nadin menuju kamar mandi.
"Tidur lah, kau pasti lelah." ucap Alvano keluar dari arah kamar mandi.
Nadin yang melihat Alvano menaiki ranjang, langsung didorong hingga terjatuh.
"Saya gak mau tidur sama bapak!" ucap Nadin sedikit menjauh dari jangkauan Alvano.
"Baiklah. Saya tidur disofa saja," lanjut Alvano berjalan menuju sofa.
"Saya juga tetep gak mau! Apalagi sekamar!" titah Nadin.
"Sebenci itukah?" batin Alvano.
"Hei aku suamimu!" ucap Alvano berbalik dan mengingatkan Nadin.
"Dan kita sudah menikah, wajar jika kita tidur bersama dan sekamar Nadin," lanjut Alvano menatap Nadin tidak percaya.
"Ya sudah, kalau bapak tidak mau keluar dari kamar ini, saya akan menceraikan bapak!" ucapan yang keluar dari mulut Nadin. Kata itu terus yang ia berikan pada Alvano, bahkan sebelum menikah pun, ia mengancam Alvano dengan kata itu.
Tanpa menjawab perkataan Nadin, Alvano langsung keluar dari kamar itu daripada ia harus berurusan dengan Nadin. Ia tidak mau Nadin menceraikannya. Dan kata itu, membuat Alvano terus meredam amarahnya.
Malam ini, seharusnya menjadi malam pertama mereka. Tapi, Nadin tak mau melakukan hal itu. Ia bahkan tidak takut, karena ia tidak akan mau pada Alvano.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...