AN-51

2.7K 95 1
                                    

MANSION WESLEY ; Los Angeles

Hari sudah sore, senja berdatangan membuat Alvano harus membangunkan Nadin yang masih tertidur tenang. Alvano baru saja mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai miliknya, seperti biasa kaos putih kesukaan Nadin. Ia berjalan menghampiri Nadin dan duduk ditepi ranjang.

"Honey, ayo bangun." ucap nya mengelus kepala itu dengan sayang.

"Jam berapa sekarang?" tanya Nadin menyibak rambutnya kebelakang yang menutupi wajah cantiknya.

Alvano menunjuk senja yang kelihatan jelas dilihat dari kamarnya, dari jendela kaca full itu. Nadin tersenyum melihat itu, lalu menatap Alvano.

Nadin merentangkan tangannya lebar lebar dihadapan lelaki itu, Alvano segera memeluknya dengan senang hati. Ia merengkuh tubuh yang masih mengumpulkan nyawa nyawa tidurnya.

"Kita pulang malam ini kan?" tanya Nadin melepas pelukan itu, lalu turun dari ranjang.

Alvano mengangguk lembut. Nadin kembali memeluk tubuh itu, aroma nya sangat Nadin sukai. Tak lupa Nadin mengecup leher Alvano dengan gemas, harum sekali.

"Heiii!" ucap Alvano memperingati dengan tawa pelannya.

"Aku sangat suka aroma tubuhmu, sayangg." Nadin mengecup pipi itu lalu tersenyum lebar.

"Aku suka tubuhmu," bisik Alvano membuat Nadin berlari memasuki kamar mandi dengan cepat. Melihat itu Alvano tertawa keras, dan ia segera memperbaiki tempat tidur itu.

Setelah mandi, Nadin berjalan keluar dari walk in closet setelah berpakaian tertutup karena malam ini sangat dingin. Ia mencari Alvano dikamar tidak ada, dilihatnya ternyata ada dibalkon duduk disofa kecil itu dengan santainya.

Nadin berjalan pelan, lalu mengalungkan kedua tangannya dari arah belakang dan mengecup pipi itu dari samping membuat Alvano kaget.

"Hm, aku kaget sayang." Alvano mengelus tangan itu yang sedang bergerilya pada dada bidang mulusnya.

"Kenapa selalu dingin?" tanya Nadin duduk disebelah Alvano dan memeluk lengan suaminya itu.

"Pakaianmu saja yang terlalu terbuka sayang, makanya dingin."

Nadin terkekeh pelan. "Siapa yang mengantar makanan kesini?" tanya nya menyadari dan melihat ada banyak makanan beserta buah, dan vitamin kehamilan.

"Aku sudah pesan saat kamu tidur tadi."

"Aku lapar,"

"Kemarilah baby," ucap Alvano menarik Nadin keatas pangkuannya dan merengkuh pinggang yang agak berisi itu.

"Sekarang kita makan, oke?" lanjutnya mencoba terlebih dahulu makanan itu. Ini sudah menjadi kebiasaannya, Alvano harus mencoba makanan itu terlebih dahulu, takutnya ada yang menaruh apa saja. Meskipun semua orang suruhan nya dapat dipercaya, namun ia tetap melakukan itu. Semua orang akan berkhianat pada waktunya, bukan?

"Sudahlah, percaya pada mereka sayang. Mereka tidak mungkin melakukan itu," ucap Nadin menerima setiap suapan dari Alvano yang dengan telaten menyuapinya.
"Hm, tetap saja sayang. Tidak ada yang kupercaya, kecuali dirimu."

"Kamu saja yang berlebihan, mana mungkin suruhanmu melakukan itu."

"Berhentilah berbicara, dan makan sekarang." ucap Alvano mengelap sudut bibir Nadin dengan tissu.

"Makanlah juga," ucap Nadin diangguki Alvano seakan mengatakan 'nanti saja'.

"Kita berangkat malam ini kan?" lanjut nya.

"Of course, Arsen sudah merindukan kita."

"Aku juga merindukannya,"

"Tidak boleh. Kamu hanya boleh merindukanku, ingat itu!" ucap Alvano membuat Nadin tertawa pelan.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang