AN-13

5.3K 186 0
                                    

"Gue ngerasa bersalah banget sama Alvano," ucap Nadin tiba tiba.

"Ya bagus! Akhirnya lo sadar juga," balas Elin melirik Nadin.

"Kira kira dia bakalan maafin gue gak ya?"

"Mungkin. Tapi gak tau sih, itu tergantung Pak Alvano aja,"

"Kalau MAU." lanjut Elin tertawa terbahak bahak.

"Gue serius ini, malah digituin!" ucap Nadin dengan wajah sendu nya.

"Iyeee, iyeee.. Eh, tapi menurut gue sih, lo yang harus minta maaf duluan"

"Harus banget ya?" tanya nya polos.

"Otak pinter lo kemana?" ucap Elin bertanya balik pada Nadin.

"NGE-LAG," jawab Nadin seadanya.

"Tapi, emang harus gue banget yang minta maaf? Masa dia gak minta maaf juga?"

"Harus lo lah, gimana sih!"

"Lagian lo juga yang salah semua. Pak Alvano gak pernah buat dosa, maksudnya sama lo gitu," lanjut Elin santai.

"Tapi dia pernah bentak gue, gimana dong?" ucap Nadin masih bingung.

"Dia ngebentak lo kan demi kebaikan lo sendiri. Buktinya Aksa beneran salah kan? Apalagi lo kalo dibilangin keras kepala banget, gue aja sampe nyerah, nyuruh lo jauhin dia," ucap Elin membenarkan maksud Nadin yang masih kebingungan.

"Kemaren aja lo ditampar sama kenyataan!!" lanjut Elin terus memasukkan snack kedalam mulutnya.

Nadin menunduk dan membenarkan ucapan Elin. Memang harus dia yang meminta maaf, agar rumah tangga nya tidak seharusnya seperti ini.

Bruk!

Nadin menghambur pelukan ke Elin. Ia bersyukur bisa mendapat Elin, yang seharusnya Aluna. Tapi, Aluna sudah berkhianat dan Nadin harus bersyukur bisa berbagi keluh kesah pada Elin.

"Makasih lo ada terus disamping gue!!" ucap Nadin saat Elin membalas pelukannya.

"Sama-sama."

"Gue harap lo sahabat gue yang terakhir," lanjut Nadin pelan.

"Pasti dong!" ucap Elin.

"E-eh, jangan nangis atuh neng," lanjutnya saat merasakan lengan baju nya basah karena air mata Nadin.

Nadin melepas pelukan nya dan mengelap air mata nya, seraya berkata.

"Gue jadi kangen dia."

•••

5 hari kemudian...

Selama hari hari itu. Nadin menjalani hidupnya sendiri, tanpa Alvano. Ya, ia akui mungkin ia sudah menyukai lelaki itu. Dan butuh waktu, untuk mencintainya.

Nadin bangun dari tidurnya dan menatap sendu sebelahnya yang kini sudah kosong.

Nadin menjadi sedih semenjak pergi nya Alvano ke Amerika. Apalagi, ia belum sempat bangun dan mengantar Alvano kebandara.

Padahal ia ingin mengantar Alvano sebagai permintaan maaf nya. Tapi semua terlambat.

Perlahan ia berjalan membuka kain jendela kaca besar. Dapat Nadin rasakan udara yang sangat segar dipagi hari dengan pemandangan jalanan luas perkotaan dibawah sana dengan gunung yang masih ada embunnya.

Soal Elin, semalam ia sudah pulang. Ia tiap hari datang ke mansion untuk terus mendukung Nadin. Nadin masih menjadi sadgirl. Dengan jalan yang gentoy ia menuju kamar mandi.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang