AN-49

2.5K 80 2
                                    

• MANSION

Disini lah Nadin, di mansion miliknya dan Alvano. Mereka memang mempunyai mansion dibeberapa kota, salah satunya mansion yang sekarang Nadin tempati. Untungnya, Alvano tidak pernah datang ke mansion ini, jika tidak tamatlah Nadin. Polisi tidak mencari keseluruh mansion Alvano, karena itu adalah privasi Alvano dan Nadin sekeluarga. Berhubung mansion ini tidak dihuni, Nadin pun memilih untuk tetap disini.

Jujur, ia gugup. Sudah satu bulan berlalu, Nadin selalu mendapati sekumpulan orang orang sedang bertanya tanya, diseluruh tempat dan juga orang yang memeriksa seluruh kota. Nadin tau siapa orang orang itu, siapa lagi kalau bukan pengawal dan bodyguard Alvano, suaminya. Waktu itu ia juga melihat Arga yang ikut mencari, saat itu Nadin sedang berada didalam minimarket. Nadin memakai topi hitam dan jaket, serta masker yang menutupi wajahnya.

Selama satu bulan, Nadin menutup identitasnya agar Alvano tidak gampang mencarinya.

Dan, ya berhasil.

Tapi, Nadin berubah pikiran. Dan sekarang ia sedang berada diruang tamu menunggu kedatangan Alvano. Seperti yang mereka dulu katakan, masalah harus diselesaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dan, Nadin akan melakukan itu.

My love is calling...

"Honey..." lirih Alvano terisak menahan sesak di dadanya.

"Datanglah di mansion, kota Los Angeles."

Setelah percakapan itu, Nadin langsung memutuskan panggilan dan hanya meng share lokasi mansion itu. Ia tidak tau, apakah Alvano akan datang atau tidak. Yang pasti, Nadin sedang menunggu.

Suara deru mobil berhenti didepan. Nadin semakin gugup dan sakit hati masih singgah dihatinya. Ia belum tau apa apa tentang rencana itu, ia hanya tau Alvano pergi mengunjungi wanita dan makan malam bersama keluarga wanita itu. Selebihnya, Nadin salah paham. Tapi, Nadin tidak ingin juga hubungan nya begini begini saja kan?

Bel berbunyi, Nadin berjalan menuju pintu dan dengan cepat ia membukanya. Penampakan yang ia lihat malam ini sangatlah luar biasa. Kemeja hitam, kancing terbuka sedikit, wajah itu semakin tampan setelah ditinggal satu bulan. Dan, parfum itu menyeruak dipenciuman Nadin. Penampilan layaknya mafia tampan.

Alvano melihat penampilan Nadin yang hanya memakai tank top dan hotpants. Sangat menggoda.

Shit!

Lama berdiri, menatap satu sama lain. Air mata Nadin terus menetes tanpa henti, Alvano menatap sendu mata indah yang terus mengeluarkan air mata itu. Tanpa menunggu lama, Nadin langsung memeluk Alvano dengan erat. Alvano membalas pelukan itu tak kalah erat, dan mengelus punggung lalu mengecup pucuk kepala Nadin dengan sayang.

Kedua nya melepas rindu yang sangat tidak bisa diungkapkan dengan kata kata. Nadin terisak membasahi kemeja Alvano, ia menangis tanpa berkata apa apa.

"I miss you, honey."

"I miss you too, really really miss you." balas Nadin pelan.

"Apakah aku tidak boleh masuk? Kakiku sakit, sayang" tanya Alvano terkekeh pelan.

Nadin mendongak dengan mata sembab nya. Ia menarik Alvano masuk kedalam dan menutup pintu, lalu menaiki kamar menggunakan lift. Alvano tersenyum melihat setiap pergerakan Nadin yang sangat terburu buru.

"Masih ada waktu, sayang." ucap Alvano saat mereka sampai didalam kamar dan duduk diatas kasur.

"Diamlah. Jelaskan semuanya," balas Nadin duduk disebelah Alvano memakai selimut sampai batas kaki.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang